Peneguhan

Orang yang bekerja buat Tuhan tidak patut bertengkar; ia harus ramah terhadap semua orang, dan dapat mengajar orang dengan baik dan sabar.
(2Timotius 2:24)

TUHAN berkata kepada manusia itu, “Engkau boleh makan buah-buahan dari semua pohon di taman ini, kecuali dari pohon yang memberi pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. Buahnya tidak boleh engkau makan; jika engkau memakannya, engkau pasti akan mati pada hari itu juga.”
(Kejadian 2:16-17)

Apakah Adam/Hawa bisa diteguhkan sebagai manusia yang setia, teguh pendirian?…
Melihat keteguhan hati dan kesetiaan itu, TUHAN memberi hukum, “Jangan makan ini dan itu, nanti ini dan itu”…
Lepas dari detail, tetapi kita melihat konteks kesetiaan yang kental sekali. Dan memang kesetiaan menjadi nilai yang sangat mahal.

Dalam perkara Perjanjian Baru ada juga sebuah “jaring”, “penjara”… dapat kita ‘comot’ dari ayat Timotius di atas..

Orang yang bekerja buat Tuhan tidak patut bertengkar
Dan tanpa tedeng aling-aling, kesetiaan selalu menjadi barang, pusakan yang mahal…
Banyak pelayan TUHAN yang nyata-nyata berantem, angkat senjata, menerobos gelar hamba yang disematkan kepadanya…

Memang banyak serigala yang masuk, dan serigala yang masuk itu bisa saja merusak dan menghancurkan, tetapi yang terpenting semoga serigala masuk demi meneguhkan mereka yang mau tampil setia dan layak dibenarkan.

Semua harus terjadi, bahwa guru, mesias, pengajar, rasul palsu harus masuk, masuk supaya kita tahu memang hari-hari terakhir sudah diambang pintu.

Kebijaksanaan dan Kesetiaan

Adapun raja Salomo mencintai banyak perempuan asing.
Di samping anak Firaun ia mencintai perempuan-perempuan Moab, Amon, Edom, Sidon dan Het, padahal tentang bangsa-bangsa itu TUHAN telah berfirman kepada orang Israel: “Janganlah kamu bergaul dengan mereka dan merekapun janganlah bergaul dengan kamu, sebab sesungguhnya mereka akan mencondongkan hatimu kepada allah-allah mereka.”
Hati Salomo telah terpaut kepada mereka dengan cinta.
Ia mempunyai tujuh ratus isteri dari kaum bangsawan dan tiga ratus gundik; isteri-isterinya itu menarik hatinya dari pada TUHAN.
Sebab pada waktu Salomo sudah tua, isteri-isterinya itu mencondongkan hatinya kepada allah-allah lain, sehingga ia tidak dengan sepenuh hati berpaut kepada TUHAN, Allahnya, seperti Daud, ayahnya.
Demikianlah Salomo mengikuti Asytoret, dewi orang Sidon, dan mengikuti Milkom, dewa kejijikan sembahan orang Amon, dan Salomo melakukan apa yang jahat di mata TUHAN, dan ia tidak dengan sepenuh hati mengikuti TUHAN, seperti Daud, ayahnya.
(1Raja-Raja 11:1-6)

Jika dibandingkan dari segi kebijaksanaan Raja Salomo tidak ada tandingannya dibanding ayahnya Raja Daud.
Dari segi pengetahuan mungkin sangat besar juga peluang bahwa Raja Salomo unggul, ia seorang yang menulis lebih 3000 Amsal.
Dalam KBBI, amsal dijelaskan sebagai misal; umpama; perumpamaan , artinya ia menbandingkan secara sejajar suatu kejadian kejadian dengan suatu keadaan yang lebih sederhana sehingga kemungkinan mudah dimengerti bagi yang melihat dan bisa juga menyimpan rahasia-rahasia sehingga menarik minat orang untuk meneliti dan mempelajari.

Salah satu dari sekian Amsal yang dialamatkan ke Raja Salomo adalah:

Hati si pemalas penuh keinginan, tetapi sia-sia, sedangkan hati orang rajin diberi kelimpahan.
Orang benar benci kepada dusta, tetapi orang fasik memalukan dan memburukkan diri.
(Amsal 13:4-5)

Salomo tidak hanya kaya dalam pengetahuan tetapi ia juga kaya akan moralitas, ia seorang yang bijaksana. Bahkan ayahnya Raja Salomo sudah mengenali kekayaan itu,…sebelum Raja Daud meninggal beliau pernah mengatakan demikian:

…Sekarang janganlah bebaskan dia dari hukuman, sebab engkau seorang yang bijaksana dan tahu apa yang harus kaulakukan kepadanya untuk membuat yang ubanan itu turun dengan berdarah ke dalam dunia orang mati.”
(1Raja-Raja 2:9)

Kualitas seorang yang bisa dikumandangkan sebagai seorang yang rasionalis, logis, layak melangit, dalam hal pengajaran dan patron, ternyata menjadi didalam keadaan kalah juga, jatuh.

Kenapa?

Alkitab mengatakan, TUHAN berkata bahwa Raja Salomo tidak memiliki hati seperti Raja Daud.
Raja Daud dijadikan sebagai perlambang raja yang setia, raja yang sepenuh hati, raja yang mengenal TUHAN.
Dan karena itulah MESIAS yang akan datang itu selalu dihubungkan dengan Raja Daud, bahkan untuk menghargai kesetiaan Raja Daud kepada TUHAN, TUHAN memberi gelar kepada Mesias itu sebagai Anak Daud, yang dapat diartikan sebagai setia, dan dekat kepada TUHAN.

Kebijaksanaan dan kesetiaan adalah dua hal, masing-masing secara “kualitas” berbeda ada pada Raja Salomo dan Raja Daud,…. dan kesetiaan lebih unggul dalam memilah dan memilih dan hidup.

Mari kita memandang kebijaksanaan Raja Salomo.
Bicara bijaksana, mungkin kita berpikir bahwa memang TUHAN-lah Yang Bijaksana, seperti klaim YESUS, bahwa IA melebihi hikmat Salomo. Hikmat berbicara tentang menggunakan kebijakan/keahlian/kearifan, sedang kebijaksanaan berbicara tentang menggunakan hikmat itu, menggunakan pengetahuan, akal dan pikiran.
Salomo dipastikan memilih dengan hikmat dan kebijaksanaan. Bicara bijak ada segi moral/etika, bicara moral ada segi ‘enak dipandang orang’. Nah jika seorang memberi hadiah maka etikanya adalah hadiah itu diharuskan diterima, dalam kosa kata orang Indonesia disebut ‘pantang menolak rejeki‘.
Kejadian-kejadian seperti ini berlanjut terus sampai suatu saat bilangan ‘hadiah’ kepada Raja Salomo mencapai 700 istri dan 300 gundik. Nyaris semuanya adalah ‘hadiah’ akibat kebijaksaan dan hikmat yang tiada tara pada saat itu.

TUHAN pernah berjanji sewaktu TUHAN menampakkan diri kepadanya, bahwa kegemilangan, kejayaan akan diberikan jika ia taat.

Pilihan terpampang di depan wajah, kaya oleh Kuasa TUHAN atau kaya oleh hikmat?

Tetapi karena tidak ada faktor kesetiaan kepada TUHAN yang nyata pernah menampakkan diri kepadanya Raja Salomo menempuh segala keputusannya dengan hikmat, dengan kebijakan manusiawi.

Dan untuk itu ia dicatat sebagai seorang raja yang tidak seperti Raja Daud, yang setia dan sepenuh hati mengikut TUHAN.

DIA Baik

Maka dibawa oranglah kepada-Nya seorang lumpuh yang terbaring di tempat tidurnya. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: “Percayalah, hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni.” Maka berkatalah beberapa orang ahli Taurat dalam hatinya: “Ia menghujat Allah.” Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka, lalu berkata: “Mengapa kamu memikirkan hal-hal yang jahat di dalam hatimu? Manakah lebih mudah, mengatakan: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah dan berjalanlah? Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa” –lalu berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu–:”Bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!” Dan orang itupun bangun lalu pulang.
(Matius 9:2-7)

Ada beberapa point yang dapat diucapkan di sini (yang nyatanya mungkin lebih dari beberapa point di bawah ini),
1. seorang yang lumpuh.
2. Yesus menyelesaikan masalah.
3. Kesembuhan spiritual dan fisik.
4. Konsekuensi “Kehendak Bapa jadilah”.

Mari kita lihat satu persatu, secara menyeluruh tentunya..
Seorang yang lumpuh ini mewakili “penderitaan”. Kita tidak usah berteori panjang lebar tentang penderitaan dan kenyataan yang diakibatkannya, sekali kita membuka mata, penderitaan begitu menggerogoti hidup manusia. Penderitaan mengingatkan kita akan kebahagiaan yang dapat dihasilkannya, seperti emas dipeleburan tentunya, walau ada orang yang memandangnya secara terbalik, yaitu penderitaan ada karena hukuman Allah atas dosa-dosa, nyatanya dosa itu adalah penderitaan juga, jadi Allah tidak menjadi caused atau tidak menjadi reaktor atas dosa yang kita perbuat lalu melahirkan penderitaan. Karena penderitaan berdiri diambang pintu setiap hidup manusia, maka Yesus memberi contoh yang akurat bagaimana cara memenangkan penderitaan. Bukan memenangkan penderitaan dengan kepura-puraan atau dengan “cerita kepahlawanan serba bisa”, atau superhero-superhero dengan segala keahlian yang di luar kekuatan biasa, tetapi dengan cara memberi patokan bahwa kematian bukanlah akhir dari segalanya, atau melainkan mengajarkan bahwa kematian adalah awal dari memasuki kekekalan bersama ALLAH di sorga. Memang tidak semua mengalami kematian akibat penderitaan, sebab nyata ada juga oleh karena kemurahan TUHAN mendapat kesembuhan-kesembuhan, karunia-karunia, berkat-berkat, tetapi semisalpun TUHAN berkehendak lain, ingatlah Kristus, ANAK ALLAH bahkan mati, tetapi oleh kebangkitanNYA karena iman kita beroleh kebangkitan juga, oleh NamaNYA.

Jadi orang yang lumpuh ini sudah mengerti, bahwa YESUS sanggup dan berkuasa, ia memiliki iman, bahwa apa yang belum ia lihat akan ia dapatkan, dan… memang mendekatlah kepada YESUS, DIA yang baik, akan menyelesaikan masalahmu, penderitaanmu… itu sudah langkah yang tepat dari si lumpuh ini.

Terkadang memang keadaan fisik bisa membutakan. Orang bisa saja kelihatan dari luar di dalam keadaan sehat-sehat saja. Ia bisa tertawa dan ia bisa melakukan aktifitas yang membutuhkan raga yang bugar, sehat, atau katakanlah tidak di dalam keadaan sakit, tetapi rohaninya amburadul, jiwanya meraung. Rohnya menderita, sakit.
Si lumpuh di atas memiliki penyakit itu juga. Bukan fisiknya saja, tetapi berikut juga rohnya menderita. Mungkin saja beliau ini telah sekian lama lumpuh,…. dan kita bisa paham dari tindakan mengasihani diri sendiri. Jika oleh penderitaan mata kita fokus kepada diri sendiri, maka akibat yang lebih buruk akan terjadi. Ia terkadang menanti, dan ketika memuncak maka derita demi derita akan saling menopang di pundak kita. Kita kelelahan oleh pikiran kita sendiri, dan roh kita semakin lelah… Dan apa yang terjadi di dunia rohaniah akan nyata dari semua gerak gerik kita jika sudah menumpuk dan memberatkan.

Yesus berkata: “Dosamu sudah diampuni”.
Beruntung sekali kita diberi pengajaran yang kokoh ini. Bukan hanya si lumpuh yang mendengar, tetapi berikut juga ahli Taurat. Dan mereka tahu betul arti dari kata ini. “Dosamu sudah diampuni”. Dosa memang tidak terlihat, dan kita bisa beranggapan bahwa kata-kata itu hanya retorika, seperti yang biasa diucapkan oleh si mulut besar, tokoh-tokoh populer,… tetapi ini bukan kata yang bermanis mulut. Yesus sedang tidak di posisi mengejar popularitas. Sebab DIA tahu betul akibat dari perkataan itu, yaitu menghujat ALLAH. Sebab hanya ALLAH yang bisa menghapus dosa, nyatanya ahli Taurat tahu betul akan hal itu…dan menghujat ALLAH adalah “mati”. Mati, bagi orang popular adalah ujung dari segala sesuatu, maka jika ada kematian orang popular menjauh dari itu semua. Yesus menghujat atau DIA adalah ALLAH?, ahli taurat tahu betul, Kristen tahu betul topik ini, akibat “Dosamu sudah dihapuskan” kematian yang kehendak Bapa menjadi nyata, dosa dihapuskan didalam kebangkitanNYA.

Setelah Yesus menyelesaikan masalah si lumpuh dibagian rohaniahnya, lalu Yesus masih bertindak lebih jauh lagi, IA menyembuhkan apa yang bisa dilihat oleh orang. Fisiknya sembuh. Bagi manusia biasa kesembuhan fisik itu adalah tanda kuasa yang lebih wah, tetapi tidak bagi ahli Taurat. Dan juga tidak bagi kita yang mengenal arti terdalam dari penderitaan, dan tidak bagi Kristen. Kesembuhan spiritual yang pertama itulah yang utama dan terpenting. Yang fisik juga penting tetapi jangan sampai terpaku di sana.

Oleh kesembuhan itu, maka kita dapat mengerti bahwa penderitaan bukan oleh karena hukuman Allah atas dosa-dosa kita, tetapi supaya nyata akan kuasa dan kemuliaan ALLAH di bumi. Sebab DIA baik.

Kesembuhan rohaniah memampukan kita melihat dengan iman. Yaitu menyadari kata “Kehendak Bapa jadilah”, atau “Biarlah kehendaMU jadi”…seperti yang Yesus ucapkan di Getsemani.
Kata iman bisa menjelaskan banyak hal, tetapi iman Kristen adalah iman yang melandaskan kepada sesuatu yang tidak kelihatan oleh mata, tidak populer… sebab iman Kristen adalah bukan perkara kita mengejar ALLAH, tetapi perkata membiarkan ALLAH, Yang tidak terlihat itu mengejar kita. Itu pokok utamanya. Sama seperti si Lumpuh, membiarkan YESUS berkarya kepada kesembuhan dirinya sendiri…Dan oleh iman ini, maka kita mampu mendekat kepada DIA… oleh iman orang berani membawa si lumpuh ini mendekat kepada YESUS. Oleh iman kita mengerti, dan jangan dibalik karena kita mengerti kita memiliki iman, hanya menunggu waktu saja, oleh sedikit trigger penderitaan ia akan beralih dari Janji Setia kepada ALLAH. Peristiwa salib menjelaskan banyak hal di dalam keadaan “menjauh” dari Yesus akibat dari penyelesaiaan penderitaan yang tidak disetujui.

Aku juga tahu koq

Godaan pertama Iblis kepada Yesus adalah…. “Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti.”
Anak Allah, Mesias, jelas sanggup mengubah batu menjadi roti, perkara mudah bagi Dia, sedang alam semesta beserta isinya Dia ciptakan…
Tetapi untuk menyangkalnya, YESUS mengutip kitab Ulangan, “Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.”
Cobaan pertama tidak berhasil si Iblis mulai mengeluarkan jurus pamungkas,…..”ho ho hooo, Yesus, Engkau mengutip Alkitab toh, …biar Kamu tahu ya, aku juga tahu Alkitab”, sambil dilanjutkan, “Nih buktinya”lalu si Iblis melancarkan pengetahuannya tentang Alkitab,….
“Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu.”, ia mengutip Kitab Mazmur, dari Mazmur 91.

Iblis pertama melakukan identifikasi, jika sudah mendapat point, ia akan memanfaatkan itu untuk melancarkan serangan ke dua, hebatnya dia tahu letak point-point pentingnya…
Dia tahu YESUS telah menggunakan Firman untuk melawan dirinya, lalu ia menggunakan sumber yang sama untuk menyerang Yesus… HATI-HATI!!, mungkin kita sering memerankan pola iblis ini…menggunakan kutipan-kutipan Alkitab untuk menyerang TUHAN? Menggunakan Alkitab untuk menyerang Kristus?…..eitssss hati-hati…..
Nah untuk menyangkal serangan dimana penyerang menggunakan Alkitab juga, maka gunakan sekali lagi Alkitab yang sama,…. “Ada pula tertulis: Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!”, kata YESUS, IA masih menggunakan Alkitab. Ini bukan perkara ada kekuatan supranatural dari mengucapkan ayat-ayat Alkitab itu. Bukan. Pengucapan dari ayat-ayat lalu melahirkan kekuatan-kekuatan supranatural cukuplah dimiliki dukun-dukun dengan segala manteranya atau orang-orang lain yang mempercayai allah-allah lain., tetapi dalam hal mengutip Alkitab adalah perkara mengenal karakter ALLAH yang berbicara di Alkitab itu. Perkara menolong kita dari segala kesusahan adalah perkara mudah bagi TUHAN, apalagi Mesias ya toh… tetapi bukankah konyol kalau kita misalkan sengaja minum racun tanpa sebab musabab, hanya pamer, dan berkata: “Tuhan pasti menyelamatkan aku, karena IA adalah Gembalaku, akan dibaringkannya aku di hemparan rumbut yang hijau”, mengutip Mazmur 23, karena kita tahu begitu. Memang IA akan menempatkan Anda di tempat yang aman, akan melindungi Anda, tetapi TUHAN juga bukan ALLAH yang mau dipermainkan.
Atau ada pula orang yang berkata: “Anda kan Kristen, maka seperti kata Alkitab, Anda bisa memegang ular berbisa dan tidak mati”,…. Hmmm bukan perkara bisa dan tidaknya kawan, tetapi perkara ada ngga perkara kita mengenal tujuan dan makna di balik kebisaan itu?. Bahasa saya menyebutnya, Kristen bukan “preman” yang berteriak untuk pamer-pamer kebisaan dan kesanggupan semacam itu.

Apalagi sekarang ini, Alkitab bisa didapat dimana saja. Itu semua memang bagus dan indah, tetapi sayang sekali kalau iblis menggunakan kita untuk memakai Alkitab itu untuk menyerang ALLAH…. Sambil berkata: “Anda mengutip Alkitab, ho ho ho ho aku juga tahu koq”.
Tepat Anda tahu, tetapi sayangnya Anda tidak mengenal karakter Allah yang berbicara di dalamnya.

Inilah cara Iblis, menggunakan kebenaran dan kebohongan secara bersamaan, dimana dikatakan oleh Alkitab, kita tidak dapat Benar dan Salah secara bersamaan, kita hanya bisa menjadi Benar saja atau Salah saja, selesai…selebihnya dari si jahat. Yah memang begitu, sebab Iblis bisa memiliki dua-duanya, pertama karena ia diciptakan baik, ia bijaksana, dan olehnya ia mau melawan TUHAN, ia memiliki alternatif lain selain apa yang TUHAN kehendaki, iapun terjatuh dan terkutuk.
Dan inilah yang ditekankan oleh TUHAN di Taman Eden kepada nenek moyang kita, Adam dan Hawa. Adam dan Hawa diperkenankan oleh TUHAN agar bisa mengetahui Salah dan Benar oleh karena hubungan yang baik dengan TUHAN, caranya sudah TUHAN berikan, yaitu menempatkan mereka secara khusus di Taman Eden supaya bisa bercakap-cakap langsung dengan TUHAN, di Taman ini. Dan pengenalan itu akan terus berlanjut kekal, terus bertumbuh dan terpelihara dengan syarat terus hidup di dalam tunduk dan taat kepada TUHAN. Dan untuk membuktikan ketaatan dan kesetiaan itu diberilah Hukum, “Jangan makan ini dan itu”.
Tetapi Iblis selain mengetahui kebenaran ia juga memiliki kebohongan, ia memiliki alternatif lain, sekali lagi HATI-HATI!!!, alternatif iblis adalah Adam dan Hawa bisa mengetahui Benar dan Salah melalui pengetahuan tentang ALLAH, instan, maka ia menggoda Hawa untuk memakan buah pengetahuan itu. Sebab TUHAN sudah berkata: “jangan makan buah pengetahuan itu, karena kamu akan tahu Salah dan Benar”. Jadi Iblis juga tahu bahwa memakan buah itu akan bisa berimplikasi kepada tahu Benar dan Salah, tetapi Iblis menggunakan itu untuk merusak hukum kesetiaan, hukum kepatuhan kepada TUHAN…. Dan akhirnya memang manusia di usir dari Taman Eden, sebagai simbol bahwa manusia tidak dapat lagi secara langsung bercakap-cakap dengan TUHAN, hak istimewa sudah hilang. Dan manusia memang sudah mengetahui Benar dan Salah, sebab sudah memakan buah pengetahuan itu, dan sekarang manusia harus berjuang keras untuk mengenal relasi dengan TUHAN dengan disertai pengalaman dosa yang sudah melekat dengannya, mendekat ke TUHAN di luar Taman Eden….

Singkatnya, TUHAN berkata, kamu akan mengenal AKU dengan cara memiliki pengalaman moral, memilah dengan terus hidup di dalam kesetiaan ….
Iblis berkata, kamu akan bisa mengenal TUHAN tanpa pengalaman moral, tanpa kesetiaan, cukup dengan shortcut saja, yaitu makan buah pengetahuan itu…

Godaan Iblis kepada Yesus yang pertama jelas dan sangat jelas di situ, iblis memberi alternatif, jalan lain atas rencana penyelamatan, katanya: “Jika Engkau Anak Allah, (artinya Allah di dalam manusia), maka Engkau tidak perlu menjadi manusia untuk mengembalikan manusia itu ke Taman Eden, ke Firdaus”,….”Cukup berkata saja cukup dengan sekali perkataan, maka semua akan terjadi”….. itulah alternatif iblis,…. Tetapi TUHAN sudah ingatkan sejak jaman Adam, kepatuhan dan kesetiaanlah yang memampukan kita mengenal TUHAN, bukan dengan pengetahuan. Dengan penderitaanlah kita mampu mengenal kesetiaan dan kepatuhan akibat dosa, sebab kita sudah hidup di dalam pengalaman dosa, bukan dengan instan macam altenatif si Iblis.
Alternatif selalu ada, karena si Iblis berkata: “Aku juga tahu koq”….
Tetapi Jalan Kebenaran berkata: “Akulah Jalan dan Kebenaran dan Hidup”. Yah sebab di dalam YESUS tinggal segala pengetahuan tentang ALLAH, dan di dalam DIA juga tinggal bagaimana HIDUP yang taat dan saleh dan setia. Alternatif selain YESUS, hanya shortcut-shortcut yang membinasakan.