Paradoks kehidupan rohaniah

…..

sebagai orang berdukacita, namun senantiasa bersukacita; sebagai orang miskin, namun memperkaya banyak orang; sebagai orang tak bermilik, sekalipun kami memiliki segala sesuatu.
(2Korintus 6:10)

perbandingan dari sepenggal kalimat di Korintus di atas sbb:

berdukacita bersukacita;
miskin memperkaya orang lain;
tidak bermilik memiliki segala sesuatu;..

Jika kita mendekat ayat ini dengan kenyataan duniawi, maka selamanya akan terjadi kejungkirbalikan, ketidakbenaran, dan dapatlah kita cap ALKITAB, apalagi tulisan Paulus neh, sebagai bukan firman ALLAH.

berdukacita bersukacita;
Kita tahu yang disebut dengan menderita, sakit penyakit, menangis…
Seorang yang tua sakit-sakitan, yang saya kenal, tidak dapat lagi bersukacita, karena begitu banyak penderitaan yang dia rasakan. Apakah itu wajar? sangat wajar, bagaimana seorang tidak meringis kesakitan jika ia baru saja terjatuh dan terluka parah, mungkin menjadi aneh kalau ia tidak menderita, mungkin sejenis keturunan Gatot Koco,…
Jadi hukumnya adalah seorang yang sangat menderita, yang diterjemahkan berdukacita, pastilah tidak menyengir sedikitpun, paling tidak meneteskan air mata…alias tidak dapat bersukacita…berduka ya berduka, itu tidak dapat bersuka..

miskin memperkaya orang lain;
sekali lagi dengan kaca mata duniawi, ini masih masih kategori tidak masuk akal, bertolak belakang, tidak mengikuti hukum dasar….
Bagaimana orang yang miskin bisa memperkaya orang lain? orang kaya dinilai dari apa yang dia miliki, contohnya. Bagaimana ia bisa memiliki dari pemberian dari seorang yang miskin, yang tidak memiliki apa-apa?….

Penjelasan begini memampukan kita melihat posisi kita, yaitu orang yang tidak rohaniah, orang yang tidak dilahirkan dari ROH…

paradoks pa.ra.doks
[n] pernyataan yg seolah-olah bertentangan (berlawanan) dng pendapat umum atau kebenaran, tetapi kenyataannya mengandung kebenaran; bersifat paradoks

Ya penjelasan di atas akan menjadi kebenaran kalau kita lihat secara rohaniah..

Rasul Paulus memberitakan Injil, beliau sangat menderita, dipenjarakan, dipukuli, dikejar-kejar orang Yahudi untuk dibunuh, dibenci oleh pengajar-pengajar palsu,…. dan sebagainya, dan disalah mengerti oleh sesama seiman, dan banyak list lanjutan yang tidak perlu kita perpanjang, yang pasti beliau sangat menderita, penuh dukacita,…bukannya tidak menangis, beliau menangis, meraung, tetapi… meski beliau semenderita ini dan tidak ada diantara kita, paling tidak yang membaca blog ini, semenderita beliau, tetapi ucapan-ucapan yang dipakai oleh ROH KUDUS dalam tulisan beliau telah menghibur kita, telah menguatkan kita, telah memperkaya kita dalam pengenalan dan dalam hidup bersama Kristus.

Jadi dalam tubuh beliau berdukacita, menderita benaran, tidak kebal, tetapi rohnya penuh sukacita.
Kita sadar sesadar-sadarnya adalah manusia bertubuh, tidak kebal terhadap segala penderitaan karena kepercayaan kita kepada TUHAN SEMESTA ALAM, kita tidak kebal terhadap penderitaan, tetapi meski kita menderita, roh kita senantiasa satu dengan DIA YANG HIDUP, olehNYA kita bersukacita, penuh pengharapan.
Kita tahu kita terluka, tetapi pengharapan kesembuhan ada, kesembuhan dari DIA.
TUHAN bukanlah jimat kebal, Kristus membuktikan itu.
TUHAN tidak dimeditasikan untuk mendapatkan ‘kekebalan’..
TUHAN mengharapkan kesembuhan rohaniah, supaya apa yang dialami tubuh, daging, raga kita ini tidak membuat kita binasa,…sebab “semangat yang patah mengeringkan tulang”, jika kita patah semangat, dan sering terjadi, tidak dapat kita elakkan,…atau paling tidak akan dialami oleh kita,…sekali lagi, kita tidak menjadi kebal dari itu semua, … meski kita beriman kepada TUHAN YANG MAHA KUASA… iman kita bukan sejenis kekuatan yang disematkan dipinggang (merujuk jimat yang umumnya diikatkan dipinggang), tetapi sebuah pengharapan akan penghiburan.

Nyatanya banyak pendeta yang saya kenal, yang miskin, yang tak memiliki apa-apa, tetapi mereka telah memperkaya banyak orang-orang yang sebagian besar kaya, dengan kekayaan sorgawi, kekayaan yang tidak dapat ditemui dimanapun selain dari DIA, dan yang umumnya yang kaya justru yang memiskinkan jemaat.

note:
kaya/miskin (yang bold)=kaya/miskin rohaniah
kaya/miskin (yang tidak bold) = kaya/miskin duniawai

Potensi Gila

Roma 11:33 O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya!

Jika kita memaksa untuk mengerti bagaimana Air menjadi Anggur, maka kita semakin menarik kasih karunia TUHAN, sebab kita semakin menjauh dari sebuah kuasa yang disebut Mukzijat.

Dan jika semakin tidak dapat menemukan batasan-batasan antara natural dan kuasa yang sanggup mengubahnya, memaksa TUHAN yang melampaui segala sesuatu kita rumuskan kepada dasar pemikiran, maka siap-siaplah kepada sebuah potensi yang buruk, gila. Menerapkan sesuatu yang tidak tertulis saja bisa menjadi kegilaan, fanatisme, apalagi memaksa sesuatu yang tidak diharapkan malah sibuk di sana.

Mengenal tentang Allah cenderung berkutat dikegilaan, dan bisa gila, tetapi mengenal Allah akan dipenuhi mukzijat-mukzijat, damai sejahtera, dan sukacita. Sebab TUHAN mencatatkan NamaNYA kepada hubungan pribadi kita dengan DIA secara lengkap dan cukup, bukan mencatatkan segala sesuatu yang sanggup untuk merumuskan tentang DIA. Hubungan inilah damai itu. Sekali lagi sebab DIA mau dipanggil dengan sebutan IMANUEL, artinya IA tidak jauh, melainkan IA bersama kita, selalu.