Paulus


Paulus, Saulus, adalah seorang yang banyak disalah mengerti.

Ia disalah mengerti oleh para pendahulu kita.
Paulus adalah mantan pembantai pengikut Kristus.
Mereka mengikut Kristus karena mereka percaya bahwa Sang Mesias yang dinanti-nantikan yang dituliskan oleh para Nabi, para bapa leluhur, sudah datang di dalam YESUS. Allah yang adalah ROH telah menjadi manusia di dalam Yesus.
Tetapi Paulus yang ini, Saulus, tidak melihat tanda pemulihan Yesus atas Israel, Ia tidak memimpin kerajaan yang membawa Kedamaian dan kemenangan yang gilang gemilang atas umat ALLAH, Israel.
Sehingga ia, dengan keteguhan imannya di dalam SANG ADONAI, yang tentu tidak diragukan lagi, dan karena setiap bangsa Israel yang mengimani TUHAN YANG ESA wajib dihapuskan dari muka bumi ini, karena perintah TUHANNYA…

Keluaran 20:3 Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku.

Ulangan 8:19 Tetapi jika engkau sama sekali melupakan TUHAN, Allahmu, dan mengikuti allah lain, beribadah kepadanya dan sujud menyembah kepadanya, aku memperingatkan kepadamu hari ini, bahwa kamu pasti binasa;

Ulangan 13:1-3 Apabila di tengah-tengahmu muncul seorang nabi atau seorang pemimpi, dan ia memberitahukan kepadamu suatu tanda atau mujizat, dan apabila tanda atau mujizat yang dikatakannya kepadamu itu terjadi, dan ia membujuk: Mari kita mengikuti allah lain, yang tidak kaukenal, dan mari kita berbakti kepadanya, maka janganlah engkau mendengarkan perkataan nabi atau pemimpi itu; sebab TUHAN, Allahmu, mencoba kamu untuk mengetahui, apakah kamu sungguh-sungguh mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu.

…,itulah sketsanya.
Saulus yang ini, Paulus, pada akhirnya dijamah oleh SANG ADONAI, lalu…. tepat sekali, ia telah menjadi pejuang iman,.. sayangnya masa lalunya telah menjadikan segala prasangka. Cara TUHAN memakai dia sangat luar biasa, bahkan murid-murid yang setia menemani Guru mereka selama hidupNya-pun menaruh curiga, prasangka yang buruk.

Ia disalah mengerti oleh sesama kita.
Entah bagaimana, yang pasti kita tahu, Paulus telah mengetahui tentang begitu banyak rahasia.
Dan setiap orang yang rahasianya diketahui memang agak membuat gerah juga. Kadang kalaupun rahasia kita benar adanya, tetapi cara pengungkapan yang keras dan tepat membuat kita grogi, membuat kita membual.
Paulus dilimpahkan begitu banyak rahasia ALLAH, sama seperti setiap hamba ALLAH dimanapun dan kapanpun

Rahasia ALLAH;

1 Korintus 4:1 Demikianlah hendaknya orang memandang kami: sebagai hamba-hamba Kristus, yang kepadanya dipercayakan rahasia Allah.

Rahasia Allah apaan?

1Timotius 3:16 Dan sesungguhnya agunglah rahasia ibadah kita: “Dia, yang telah menyatakan diri-Nya dalam rupa manusia, dibenarkan dalam Roh; yang menampakkan diri-Nya kepada malaikat-malaikat, diberitakan di antara bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah; yang dipercayai di dalam dunia, diangkat dalam kemuliaan.”

Paulus mengetahui rahasia sebangsanya:

Roma 11:25 Sebab, saudara-saudara, supaya kamu jangan menganggap dirimu pandai, aku mau agar kamu mengetahui rahasia ini: Sebagian dari Israel telah menjadi tegar sampai jumlah yang penuh dari bangsa-bangsa lain telah masuk.

dan Paulus juga mengetahui rahasia pekerjaan Iblis:

2 Tesalonika 2:7-10 Karena secara rahasia kedurhakaan telah mulai bekerja, tetapi sekarang masih ada yang menahan. Kalau yang menahannya itu telah disingkirkan, pada waktu itulah si pendurhaka baru akan menyatakan dirinya, tetapi Tuhan Yesus akan membunuhnya dengan nafas mulut-Nya dan akan memusnahkannya, kalau Ia datang kembali. Kedatangan si pendurhaka itu adalah pekerjaan Iblis, dan akan disertai rupa-rupa perbuatan ajaib, tanda-tanda dan mujizat-mujizat palsu, dengan rupa-rupa tipu daya jahat terhadap orang-orang yang harus binasa karena mereka tidak menerima dan mengasihi kebenaran yang dapat menyelamatkan mereka.

Dan karena mengetahui rahasia inilah ia harus dipenjara, bahkan mati.

Filipi 1:13 sehingga telah jelas bagi seluruh istana dan semua orang lain, bahwa aku dipenjarakan karena Kristus.

Karena prasangka inilah ia menjadi martir.

Sekarang kita yang hidup ini, mau berprasangka tanpa bukti? atau mau mewarisi kemartiran Paulus?
Atau bermain intelijen?, seru lho, dengan mewarisi iman Paulus, maka banyak rahasia yang akan kita tahu.

54 respons untuk ‘Paulus

  1. lovepassword Februari 14, 2010 / 12:29 am

    Paulus yah? Nama yang amat sangat terkenal. Manusia pemberani siap menderita bahkan siap mati demi keyakinan. Dianggap memiliki banyak pengetahuan tetapi tanpa kehendak Tuhan juga tidak mampu mencabut “duri” dari tubuhnya. Entah apakah duri itu …?

    Banyak kontroversi seputar manusia ini bahkan dalam lingkup diskusi antar agama.

    Kata2 Paulus selalu indah tapi juga selalu bersayap sehingga sangat mungkin sangat mudah sekali disalahpahami bahkan oleh Islam dan Kristen sendiri. 🙂

    Sebagian umat Islam memandang paulus sebagai pihak yang harus bertanggung jawab atas penyelewengan dalam agama Kristen.

    Sebagian mungkin karena alasan logis sebagian mungkin karena alasan emosional karena Islam tidak bisa menghina Yesus karena Yesus itu oleh muslim yang percaya identik dengan Isa seorang Nabi dalam agama Islam. Sedangkan Kristen dengan mudah bisa menghina Nabi Muhammad. Lha Paulus kemudian mudah dijadikan sasaran karena Paulus tidak tertulis di Al Quran.

    Sebagian mengaitkannya dengan perombakan adat Yahudi seperti sunat, makan babi, dsb. Sebagian lagi tidak menyalahkan Paulus tetapi menyalahkan para penafsir yang dianggap telah memiliki interprestasi salah mengenai ajaran Paulus .

    Sebagian lagi memuji Paulus sebagai pihak yang mengembangkan pluralisme tetapi anehnya ajaran Paulus kemudian diselewengkan menjadi bigot baru yang justru aslinya dikritik sendiri oleh Paulus. Para bigot menjadi Gamaliel Gamaliel baru, atau kembali menjadi Paulus muda yang mengejar-ngejar pemeluk agama lain untuk “dibantai.” 🙂

    Itulah persepsi manusia. Tapi yang jelas Paulus memang punya pengaruh besar , bahkan sebagian besar PB adalah hasil karyanya. Tanpa Paulus juga benar bahwa sulit dibayangkan keberadaan agama Kristen sekarang 🙂 Michael H Hart dalam buku 100 Tokoh saya rasa tidak terlalu salah jika menulis Paulus adalah tokoh nomor dua yang paling berpengaruh dalam Kristen setelah Yesus.

    Terlepas apapun persepsi yang ada, jelas satu hal yang bisa kita lihat : Usaha keras siap mati siap menderita selalu punya dampak , dalam soal berani mati kayaknya Paulus jelas bukan krupuk.

    Satu hal juga yang rada menarik : Paulus adalah manusia yang super pragmatis dalam menyebarkan keyakinannya. Mungkin karena itulah banyak persepsi banyak tafsir yang justru saling tabrakan saling berbeda pendapat dalam menafsirkan pernyataan dan tulisan Paulus.

    Di satu sisi melarang makanan yang pernah diberikan berhala, di satu sisi mengijinkan
    Di satu sisi bersunat, di sisi lain membiarkan orang2 non yahudi tidak bersunat.

    Saya lebih condong melihat alasannya adalah alasan praktis penyebaran agama bukan alasan teologis.

    Paulus tidak mau menyulitkan manusia2 suku lain atau bangsa lain melakukan ritual yang dalam persepsi bangsa itu mungkin dianggap sulit. Misalnya sunat untuk orang yang sudah dewasa pada waktu itu , mungkin dianggap Paulus tidak substansial, dan lebih menyulitkan ketimbang membantu pengabaran keyakinannya.

    Lha sisi pragmatis Paulus juga sangat tampak dalam kasus makanan untuk penyembah berhala boleh dimakan atau tidak. Paulus tidak menjawab hitam putih, tetapi dia seakan mengatakan : Lha dalam kasusmu yang terbaik yang mana. Bisa saja boleh bisa saja tidak boleh. Tergantung keberatan-keberatan yang mungkin terjadi.

    Di satu sisi ini memang memudahkan , di sisi lain ini sangat mungkin memang mengundang tafsir yang beraneka ragam karena fleksibilitas yang tinggi menjadi seakan identik dengan tidak ada ketegasan atau mudah berkompromi .

    Apakah kompromi itu baik atau tidak baik?

    Mungkin rada sulit dijawab hitam putih. Karena dalam penyebaran agama, menyebarkan agama dengan kekerasan dikritik, lha menyebarkan dengan berkompromi pun kalo mau dikritik juga bisa.

    Temenku juga menulis soal Paulus ini, mungkin bisa kamu intip di blognya. http://ahmedshahikusuma.wordpress.com/2010/02/09/pertobatan-paulus/

    • parhobass Februari 14, 2010 / 7:55 pm

      semua alasan bisa diterima, jika memandang Kitab yang ditulis oleh Paulus adalah melulu inspirasi manusia, memandang manusia, dan atas keinginan manusia

  2. Fitri Februari 14, 2010 / 4:13 pm

    Kayaknya memang motif penyebaran agama agar lebih dikenal dan meluas. Untuk ini aku setuju dengan mas Love.

    Hampir sama kan dengan penyebaran Islam di Indonesia karena moyang Indonesia menganut Hindu-Buddha. Agar lebih mudah diterima, pasti menggunakan pendekatan tertentu yang sesuai dengan budaya masing-masing.

    • parhobass Februari 14, 2010 / 7:56 pm

      fitri bisa menjelaskan hancurnya Majapahit oleh Demak?

      • fanya Agustus 26, 2010 / 8:02 pm

        @Om Parhobass
        fitri bisa menjelaskan hancurnya Majapahit oleh Demak?
        :
        :
        Maaf, fanya coba jawab pertanyaan Om ya…

        Setelah wafatnya Hayam Wuruk tahun 1389, kejayaan Majapahit mundur akibat konflik perebutan takhta. Pewaris Hayam Wuruk adalah putri mahkota Kusumawardhani yang menikahi sepupunya sendiri, pangeran Wikramawardhana. Namun demikian, Hayam Wuruk juga punya seorang putra dari selir bernama Wirabhumi yang juga menuntut haknya atas takhta sehingga terjadi perang Paregreg tahun 1405-1406 antara Wirabhumi dgn Wikramawardhana, yang dimenangkan oleh Wikramawardhana. Wirabhumi ditangkap dan kemudian dipancung.

        Wikramawardhana kemudian bertakhta sampai tahun 1426, diteruskan oleh putrinya, Ratu Suhita, yang memerintah tahun 1426 sampai 1447. Berikutnya adalah Kertawijaya, adik laki-laki Ratu Suhita yg memerintah hingga tahun 1451. Setelah Kertawijaya wafat, Bhre Pamotan naik takhta dengan gelar Rajasawardhana dan memerintah di KAHURIPAN. Ia wafat pada tahun 1453 AD.

        Sepeninggal Rajasaawardhana terjadi vakum tiga tahun tanpa raja akibat krisis pewarisan takhta hingga Girisawardhana, putra Kertawijaya, naik takhta tahun 1456, dan ketika ia wafat 1466 ia digantikan oleh Singhawikramawardhana.

        Pada 1468 terjadi lagi perebutan kekuasaan oleh pangeran Kertabhumi terhadap Singhawikramawardhana dimana Kertabhumi kemudian menobatkan diri menjadi raja Majapahit, sementara Singhawikramawardhana lari dan memerintah dari Daha (bekas ibu kota Kerajaan Kadiri) hingga digantikan oleh putranya Ranawijaya tahun 1474.

        Menurut prasasti Jiyu dan Petak, tahun 1478 Ranawijaya membalas dendam dan berhasil mengalahkan Kertabhumi, dan mempersatukan kembali Majapahit menjadi satu kerajaan, sekaligus menetapkan Daha sebagai ibukota Majapahit.

        Peristiwa penggulingan Kertabhumi inilah yg menyulit terjadinya perang antara Daha dengan Kesultanan Demak yg tak lain adalah anak Kertabhumi. Peperangan ini dimenangkan oleh Demak pada tahun 1527.

        Dengan jatuhnya Daha ketangan Demak maka Raden Patah (Fatah) (kemudian disebut Sultan) diakui sebagai penerus kerajaan Majapahit, karena menurut Babad Tanah Jawi dan tradisi Demak, Raden Patah yang beragama Islam adalah putra raja Majapahit (Bhre Kertabhumi/Brawijaya V) dari seorang putri China.

        Dari tukilan sejarah tsb, terlihat bhw keruntuhan Majapahit yang rajanya beragama Hindu terhadap Demak yang rajanya beragama Islam, pada hakekatnya lebih merupakan buah dari perebutan kekuasaan antar sesama pewaris takhta Majapahit dan balas dendam antar saudara.

        Demikian menurut sejarah berdasarkan prasasti, babad, kakawin (paparaton, negarakertagama dll) dan catatan2 sejarah tentang Majapahit yg terekam di berbagai negara a.l. di china, portugis dan Italia.

        Mohon koreksi sekiranya ada yg keliru dalam paparan diatas.

        salam

      • parhobass Agustus 27, 2010 / 7:09 am

        @fanya

        jika Anda yang menyadur di wikipedia itu tentu saya tidak akan protes, kecuali bukan Anda, sebaiknya disertakan juga rujukan linknya, biar lebih sopan,..

        tetapi biar saya juga sopan kepada Anda, apakah Anda menyadur jawaban Anda di atas dari wikipedia?…

        nah untuk menyambung perihal jawaban fitri dengan pertanyaan saya perihal jatuhnya majapahit oleh demak adalah demikian,…
        memang tidak dapat dipungkiri adalah masalah internal,… tetapi katakanlah pembalasan dendam oleh raja X(katakanlah sudah menjadi sultan X) berakibat kepada kekalahan tampuk pimpinan di kerajaan Y,… katakanlah Y itu adalah majapahit,.. dan efek dari penguasaan tampuk itu adalah… adanya indikasi pemaksaan memeluk islam pada saat itu bagi rakyat yang nyata2 rakyat majapahit pada masa itu adalah hindu dan budha dalam kadar tertentu.,.. tanpa memungkiri pendekatan2 persuasif yang kemungkinan juga ada, tetap nyatanya jika memandang kerakyakatan Indonesia indikasi pemaksaan lebih dominan..

        salam

      • fanya Agustus 27, 2010 / 11:24 am

        @ Om Parhobass

        tetapi biar saya juga sopan kepada Anda, apakah Anda menyadur jawaban Anda di atas dari wikipedia?…
        :
        … adanya indikasi pemaksaan memeluk islam pada saat itu bagi rakyat yang nyata2 rakyat majapahit pada masa itu adalah hindu dan budha dalam kadar tertentu.,.. tanpa memungkiri pendekatan2 persuasif yang kemungkinan juga ada, tetap nyatanya jika memandang kerakyakatan Indonesia indikasi pemaksaan lebih dominan..
        :
        :
        ====

        ya betul, jawaban tsb fanya cuplik dari wikipedia.
        fanya paham konektivitas pertanyaan Om dgn komen kak Fitri diatas dan mencoba menelusuri beberapa halaman terkait di Wikipedia keberadaan informasi atau indikasi adanya motivasi pemaksaan masuk Islam yg mendasari peperangan antara Demak dan Majapahit tsb. Ternyata informasi atau indikasi tsb tidak ditemukan karena mungkin pemaksaan tsb memang tidak ada…………

        Mengapa tidak ada? karena menurut data sejarah, sebelum Ranawijaya membalas dendam dan berhasil mengalahkan Kertabhumi tahun 1478, Raja Majapahit Bhre Kertabumi (Brawijaya V) telah menikah dengan adik Sunan Ampel meski ia enggan terang-terangan masuk Islam. Putra yang lahir dari pernikahan ini adalah Raden Patah. Setelah menjadi Raja Islam yang pertama di beri gelar Sultan Alam Akbar Al-Fattah.

        Fakta tersebut menjelaskan bahwa jauh sebelum terjadi perang Majapahit-Demak (tahun 1527) yakni ketika Majapahit dikuasai oleh Ranawijaya yang menyatukannya dengan Daha, Raja Majapahit (Kertabhumi/Brawijaya V) telah masuk Islam dan menikah dgn adik Sunan Ampel, tanpa paksaan apapun terhadap para pemeluk Hindu dan Budha yg masih mendominasi penduduk kerajaan Majapahit saat itu sebagaimana dilansir Om Parhobass!

        Jika setelah Demak menduduki Majapahit ada umat Hindu yg hijrah ke Bali, Pajajaran dan Tengger, adalah suatu hal yang amat wajar dan merupakan konsekwensi logis dari kekalahan perangnya, sekaligus menjadi bukti bahwa justru Raden Patah sangat menghormati kebebasan beragama warga Majapahit sebagaimana dicontohkan Nabi Muhammad SAW terhadap penduduk Mekkah yg tetap ingin memeluk agama dan keyakinan leluruhnya ketika beliau berhasil menaklukkan Mekkah.

        Namun demikian, apabila Om Parhobass memiliki bukti2 sejarah akurat tentang pemaksaan Demak thdp warga Majapahit Hindu/Budha utk masuk Islam sebagaimana Om kemukakan diatas, mohon fanya di-update. Tetapi jika statemen Om diatas semata-mata hanya merupakan asumsi Om Par pribadi atau tuduhan berdasarkan ceritera “konon”, “katanya”, …… ya gimana ya??

        Terlepas dari issue diatas, yang cukup menarik juga adalah bahwa menyangkut upaya penyebaran agama, tampaknya Vatican lebih maju dan terencana dengan baik karena ternyata Wikipedia menulis : ….”Catatan yang berasal dari sumber Italia mengenai Jawa pada era Majapahit didapatkan dari catatan perjalanan Mattiussi, seorang pendeta Ordo Fransiskan dalam bukunya: “Perjalanan Pendeta Odorico da Pordenone”. Ia mengunjungi beberapa tempat di Nusantara: Sumatera, Jawa, dan Banjarmasin di Kalimantan. Ia dikirim Paus untuk menjalankan misi Katolik di Asia Tengah. Pada 1318 ia berangkat dari Padua, menyeberangi Laut Hitam dan menembus Persia, terus hingga mencapai Kolkata, Madras, dan Srilanka. Lalu menuju kepulauan Nikobar hingga mencapai Sumatera, lalu mengunjungi Jawa dan Banjarmasin. Ia kembali ke Italia melalui jalan darat lewat Vietnam, China, terus mengikuti Jalur Sutra menuju Eropa pada 1330.

        Pendeta Odorico da Pordenone datang di Majapahit pada masa pemerintahan Jayanegara ditugaskan Paus untuk menjalankan misi Katolik di Asia Tengah. Pada bulan Juli tahun 1755, Odorico di beatifikasi oleh Paus Benediktus XIV.

        Salam

      • fanya Agustus 27, 2010 / 11:45 am

        @ Om Parhobass

        Sebagai tambahan info yg fanya kompilasi dari beberapa sumber di internet (wikipedia dan SEAsite Indonesia http://www.seasite.niu.edu/Indonesian/Islam/walisongo.htm) sbb:

        Akhir abad ke-14 (akhir tahun 1300-an) Islam sudah eksis di Jawa, penyebarannya sangat jauh dari tindak kekerasan melainkan melalui pendekatan sosio-cultural yg humanis sehingga diterima bahkan menarik simpati masyarakat sebagaimana ditemukan dalam berbagai fakta sejarah.

        Mengenai hal tsb Wikipedia menulis. : …“ Maulana Malik Ibrahim umumnya dianggap sebagai wali pertama yang mendakwahkan Islam di Jawa. Ia mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam dan banyak merangkul rakyat kebanyakan, yaitu golongan masyarakat Jawa yang tersisihkan akhir kekuasaan Majapahit. Malik Ibrahim berusaha menarik hati masyarakat, yang tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara. Ia membangun pondokan tempat belajar agama di Leran, Gresik. Pada tahun 1419, Malik Ibrahim wafat. Makamnya terdapat di desa Gapura Wetan, Gresik, Jawa Timur.

        Maulana Malik Ibrahim menempatkan diri dan diterima sebagai “tabib” bagi Kerajaan Hindu Majapahit (era Wikramawardhana, setelah Hayam Wuruk); Sunan Giri yang disebut para kolonialis sebagai “paus dari Timur”, hingga Sunan Kalijaga yang mencipta karya kesenian dalam nuansa yang dapat dipahami masyarakat Jawa -yakni nuansa Hindu dan Budha, sebagai media penyebaran agama Islam yang dilakukan beliau di Jawa.

        Demikian, salam.

      • parhobass Agustus 27, 2010 / 12:30 pm

        @fanya

        jangan begitu neng… “katanya”, “menurut”, d.l.l, itu adalah bukti kita membaca bukan, buktinya fanya mengutip dari wikipedia kan? walau malu2 dengan referensi yang seharusnya dicantumkan…

        larinya Hindu ke Bali dan ke Tengger (pegunungan/pedalaman) itu bukti nyata ada pemaksaan,… saya tekankan bukan berarti ada bentuk persuasif yang lain, itu pasti ada, tetapi dari segi kerakyatan Indonesia, dan bagaimana Bali dan Tengger berada, ada indikasi kuat bahwa ada pemaksaan…

        mengenai penyebaran agama tidak usah ditarik ke Kristen, dalam hal ini katolik seperti kutipan Anda, karena misi pekabaran Injil sudah dimulai sejak tahun awal masehi, sejak Kristus mengutus setiap orang yang percaya kepadaNYA di atas gunung di Galiliea…bahkan sudah sampai ke Arab jauh sebelum nabi Anda ada sudah mendengar kabar gembira tersebut…

        dan sama seperti itu pula, pasti ada cara persuasif dan cara kekerasan, tentu jaman2 Eropah Barat sangat jelas sering memaksa Yahudi supaya memeluk Kristen (Katolik), d.l.l,…

        tetapi awal Pekabaran Injil adalah dengan Kuasa Roh Kudus, dengan mukjijat dan anugerah-anugerah…sedemikian juga sampai sekarang dan seterusnya seharusnya demikian…

        salam

      • fanya Agustus 27, 2010 / 1:53 pm

        @ Om Parhobass

        Maaf kalau fanya dianggap tidak sopan gara-gara tidak mencantumkan keterangan bhw fanya mengumpulkannya dari Wikipedia karena komentar atau jawaban fanya ttg Perang Majapahit-Demak, hanyalah sebuah komentar, bukan artikel, atau karya tulis…………. yg memang mutlak perlu mencantumkan sumber bibliographinya.

        Wikipedia menulis bahwa “Sejumlah besar abdi istana, seniman, pendeta, dan anggota keluarga kerajaan mengungsi ke pulau Bali. Pengungsian ini kemungkinan besar untuk menghindari pembalasan dan hukuman dari Demak akibat selama ini mereka mendukung Ranawijaya melawan Kertabhumi”. ………… jelas sesuatu yg sangat logis, dan jelas bukan karena ada paksaan harus masuk Islam, atau bahkan hanya sekedar indikasi paksaan sekalipun….

        Jika Maulana Malik Ibrahim (wafat tahun 1419) pd masa itu sudah menjadi Tabib Kerajaan Majapahit, sudah memiliki pesantren di Leran Gresik; juga Raja Brawijaya V (1468 – 1478) diam-diam sudah memeluk agama Islam sebelum ditumbangkan oleh Ranawijaya, tentu masyarakat di Majapahit di abad 15 (tahun 1400-an) banyak yg telah beragama Islam, terlebih lagi di kota-kota pantai utara, sebagaimana ditulis Wikipedia: “…. ekspedisi Cheng Ho (tahun 1430) ini telah menciptakan komunitas muslim China dan Arab di beberapa kota pelabuhan pantai utara Jawa, seperti di Semarang, Demak, Tuban, dan Ampel; maka Islam pun mulai memiliki pijakan di pantai utara Jawa.”… dmk wikipedia.

        Maka dari itu fanya meyakini bahwa sejak jaman kerajaan Majapahit, agama sama sekali bukan faktor pemicu konflik dan warga masyarakat hidup berdampingan dlm keberagaman agama dan kepercayaan termasuk antara Hindu, Budha, Karuhun, Islam, Kristen dsb….. terlebih lagi fanya tidak menemukan data konkrit ttg pemaksaan masuk Islam terhadap pemeluk agama non Islam. Bahkan sebaliknya, sejarah mencatat pola-pola penyebaran Islam yg begitu humanis, edukatif dan akseptabel melalui berbagai aspek kehidupan mencakup bidang2 sosial, kuntural, pertanian, perdagangan dan edukasional.

        Itulah dasar-dasar sejarah yg jadi pijakan pendapat fanya………..

        Salam

      • parhobass Agustus 27, 2010 / 2:34 pm

        @fanya

        perhatikan cetak miring Anda di atas,
        itu juga adalah sebuah kemungkinan, sedemikian juga yang saya sebut adalah sebuah kemungkinan.. karena memang kita hanya bisa menginformasikan apa yang sudah orang lain informasikan… sehingga karena itu penting juga ada rujukan dari awal informasi itu didapat darimana…. saya kira seh begitu..

        kalau memang Demak (Islam) menguasai Majapahit dengan damai, sebaiknya literalis diterjemahkan, ya tidak apa2, tetapi akan timbul pertanyaan, kenapa sampai sisa-sisa Hindu terbuang begitu jauh?…kalau yang di Bali adalah mayoritas sisa-sisa keluarga kerajaan/pendeta/d.l.l bisa diterjemahkan logis, bahwa ibu Megawati saja dengan suksesornya SBY tidak akur2 amat.., tetapi tidak demikian dengan yang di Tengger bukan? hindu di tengger sepertinya hanya rakyat biasa…..

        tetapi supaya tidak rancu, sekali lagi dasar pendapat saya adalah…
        saya sedang tidak mengatakan pengislaman secara persuasif pasti tidak ada, tetapi mari melihat apa yang terjadi dengan Tengger dan Bali, kemungkinan besar faktor pemaksaan lebih dominan…dan kita harus mengamini juga, bahwa faktor kekerasan pasti ada…

        salam

      • fanya Agustus 27, 2010 / 5:05 pm

        @Om Parhobass

        Pertanyaan awal Om Par kpd kak Fitri adalah: “fitri bisa menjelaskan hancurnya Majapahit oleh Demak?”

        Dari pertanyaan tsb fanya menangkap nuansa tudingan bahwa peperangan antara Demak dgn Majapahit adalah dalam rangka memaksa pemeluk agama Hindu dan Budha berpindah ke Islam. Transkrip sejarah menunjukkan bhw peperangan tersebut adalah murni SALING BALAS DENDAM tanpa sangkut paut apapun dgn agama Islam!.

        Pertama Jayawardhana BALAS DENDAM thdp Brhe Wirabhumi yg menggulingkan ayahnya Singhawikramawardhana dari Kahuripan hingga harus mengungsi ke Daha serta keinginnya untuk merebut tahta menjadi Raja Majapahit dan mempersatukan Majapahit yg terpecah. (wajar khan jika anak balas dendam utk ayahnya?)

        Kedua Raden Patah juga BALAS DENDAM thd Jayawardhana karena ia membunuh Bhre Wirabhumi (Brawijaya V) yg adalah ayah dari R Patah. (juga wajar khan seorang anak balas dendam utk ayahnya?).

        Maka dari itu, TIDAK ADA DALAM CATATAN SEJARAH bhw Perang antara Majapahit dan Demak adalah bermotifkan agama!!

        Kerajaan Bali (Hindu) dan Kerajaan Sunda (Hindu dan Karuhun) adalah dua kerajaan independen yg paling belakangan tunduk thdp Majapahit. Kedua kerajaan tsb tunduk berkat taktik TIPU DAYA Gajah Mada (Perang dgn Kerajaan Bali th 1343, dan Perang Bubat dgn Kerajaan Sunda th 1357). Gajah Mada ‘menjawanisasikan’ Bali sehingga sampai sekarang orang Bali masih menyimpan sastra Jawa Kuna. Dlm Kakawin Gajah Mada karya Ida Cokorda Ngurah dari Puri Saren Kauh Ubud. dikemukakan bhw Gajah Mada tak segan2 melakukan strategi atau taktik politik yang licik berupa penipuan, baik terhadap Raja Majapahit yang menghubungkan kelaparan di Majapahit sbg perbuatan raja Bali, maupun thdp Kebo Wiwara dan Pasung Grigis patih Kerajaan Bali. Dalam khasanah sastra Bali memang ada istilah adigium musuh wenang linyokin (musuh dapat ditipu atau dibohongi. http://www.parissweethome.com/bali/cultural_my.php?id=9). dan nampaknya metoda ini cukup efektif digunakan dlm kepemimpinan Gajah Mada.

        Ketika Raden Patah mengalahkan Jayawardhana, wajar para pendukung Jayawardhana takut akan pembalasan R Patah atas serangan mereka thdp Prabu Brawijaya V. Kemana mereka sebaiknya melarikan diri? ya tentu saja ke tempat yang jauh yakni ke Bali dan Sunda yg sesama Hindu guna memperoleh perlindungan…….. Sedangkan rakyat yg lari ke Tengger kenyataanya terbukti tetap dibiarkan hidup dgn agama Hindunya, bahkan hingga sekarang.

        Jadi eksistensi Kerajaan dan Hindu di Bali sama sekali bukan akibat Islamisasi R Patah dan bukan pula karena pelarian Majapahit. Kerajaan Bali yang Hindu justru jauh lebih lama eksis sebelum Majapahit ada!

        Maka dari itu, fanya yakin mengkaitkan penaklukan Majapahit oleh Demak dgn Islamisasi, betul-betul absurd, mengada-ada yang sama sekali tidak didukung oleh bukti dan catatan sejarah.

        Mengaitkan kejatuhan Majapahit oleh Demak dgn Islamisasi jelas memberi nuansa adu domba antara Islam dgn Hindu, sekaligus memperdalam pandangan negatif terhadap Islam sebagaimana dilakukan pihak Barat.

        fanya bersedia mengoreksi pandangan fanya diatas sekaligus minta maaf kpd Om jika Om Parhobass bisa menunjukkan fakta-fakta sejarah bahwa hancurnya Majapahit oleh Demak adalah dalam rangka Islamisasi atau pemaksaan thdp warga Majapahit utk memeluk agama Islam bukan sebagai balas dendam antar keturunan Majapahit. fanya tunggu

        Salam

      • parhobass Agustus 30, 2010 / 4:30 pm

        @fanya

        saya mengamini semua pendapat Anda, yang saya inginkan dari Anda adalah jangan hanya menerima informasi, bahwa nyatanya Anda dan saya tidak ada bedanya jika hanya bisa menerima informasi dari orang lain bukan?

        nah kalau bisa, mari kita meneliti kecil2an,..
        seperti poin saya di atas,… yang ada kesan Anda menarik ke adu domba antara Islam dan Hindu,.. sama sekali tidak ada… cukuplah itu prejudice yang tidak perlu lahir dari manusia-manusia yang mengaku beragama…

        point utama penelitian sederhana kita adalah..
        1. umumnya dari sekian data yang ada bahwa Islam yang memasuki Majapahit adalah dari golongan atas barulah kemudian menyeluruh rakyat
        2a. Rakyat juga terbagi dua sedemikian golongan atas juga terbagi
        2b. Konversi sesama Golongan atas bisa kita hilangkan karena nuansa politis sangat kentara.
        3. Rakyat Yang menerima kenapa bisa menetap di daerah Mahapahit, salah satu cara dengan berdirinya sekolah2 Islam (pesantren)
        4. Rakyat Yang menolak kenapa harus “mengungsi” kepedalam yang jauh dari peradapan?

        kunci utama point saya dari atas adalah melihat dari segi kerakyatan Indonesia, kesimpulan sementara saya adalah… kemungkinan faktor pemaksaan sangat dominan…tetapi ingat bentuk persuasif pasti ada…

        kalau Anda sebut mana literaturnya?
        saya hanya bisa mengatakan:
        1. Gugling ajah dengan kata kunci “jatuhnya kerajaan Hindu di Indonesia”
        2. Dari pengataman Anda sendiri, menurut Anda, link yang dari wikipedia itu dari kacamata Islam atau Hindu?, nah pernahkah Anda mencari tahu bagaimana kacamata Hindu menyikapi runtuhnya Hindu di Nusantara khususnya Majapahit?

        salam.
        note:
        sekali lagi ini bukan adu domba, tetapi hanya memelajari manusia itu sendiri…

      • fanya Agustus 30, 2010 / 8:17 pm

        @Om Parhobass
        kalau Anda sebut mana literaturnya?
        saya hanya bisa mengatakan:
        1. Gugling ajah dengan kata kunci “jatuhnya kerajaan Hindu di Indonesia”
        2. Dari pengataman Anda sendiri, menurut Anda, link yang dari wikipedia itu dari kacamata Islam atau Hindu?
        :
        :

        1. fanya temukan komentar Murtadiningrat » Mon Jun 07, 2010 10:14 pm di Faith Freedom……..yg konon merujuk SERAT DARMOGANDUL, yg konon penulis serat ini tidak menunjukkan jati diri aslinya. Apakah komen Murtadiningrat tsb yg Om jadikan rujukan? ^_^
        Mudah-mudahan tidak, karena kalau “ya”…… fanya khawatir hal tsb hanya akan menjatuhkan kredibilitas Om Par saja!

        2. fanya yakin Wikipedia sangat berkepentingan dlm menjaga nama baik dan standingnya sbg sumber rujukan pengetahuan yg kredibel, faktual dan akuntabel di jaringan elektronik dunia. Dalam bibliography artikel ttg Majapahit Wiki merujuk pd 36 sumber literatur kredibel yg secara legal formal dapat dipertanggungjawabkan, tanpa pilih “warna”.

        Merujuk ajaran Om Par sendiri yg melarang berpijak pd sumber2 yg “error”, fanya yakin semua orang sepakat bhw Faithfreedom adalah salah satu sumber paling ERROR yg sama sekali tak dapat dipertanggung jawabkan.

        Mengenai apa yg diyakini seseorang ttg suatu fakta sejarah, semua sangat tergantung pd kepentingan, waktu dan kacamata masing2 pihak yg mustahil mencapai titik temu, tak peduli apapun bukti2 sejarah yg ditemukan. Lihat saja, apakah Sir William Wallace seorang pahlawan? Bagaimana pula dengan Robin Hood, Gajah Mada, Joan of Arc, Napoleon Bonaparte dsb…dsb…? wallahu’alam

      • parhobass Agustus 31, 2010 / 8:34 am

        @fanya

        fanya-fanya buat apa memperjuangkan kredibilitas,… tidak ada gunanya itu…(kalimat ini bukan berarti kita asal ngomong dan tak jelas juntrungannya)…

        perhatikan paragrafmu yang terakhir itu, nyatanya ada kepentingan yang selalu diikatkan kepada fakta2 sejarah yang tertulis oleh siapapun itu, ya toh?… nah tugas kita kan menganalisa informasi yang kita dapatkan…
        sama halnya kepentingan yang Anda tekankan bahwa “kedamaian”-lah yang mutlak dari runtuhnya Majapahit oleh Demak.. itu bisa disebut kepetingan yang menyeret Anda…

        nah informasi sudah banyak, lalu apakah kita akan terseret oleh “kepentingan” yang disematkan di informasi itu?

        sebagai orang yang baik seharusnya tidak, oleh karena itu, lakukanlah penelitian, sesederhana apapun tidak akan membuat Anda terseret arus, ya toh?…

        jadi kalau Anda cek semua argument saya, saya tidak pernah merujuk link apapun, saya hanya melandaskan pondasi saya kepada kenyataan kerakyatan Indonesia…dimana jika pengislaman demak murni persuasif dan damai, maka keadaan rakyat biasa, dalam hal ini Tengger, tidak akan perlu sampai jauh menelusuri belantara untuk dapat hidup dengan damai…

        mengenai point ke 2 mu itu,…
        akan menjadi sangat rancu kalau kita membahas source, dalam hal ini wikipedia,… karena sejak awal Anda menolak membuat rujukan wikipedia dengan alasan2 hanya “berkomentar” saja di blog ini…
        sebagai link sekuler tentu wikipedia harus menjaga garis sekulernya, karena kalau sudah tidak, maka arus kepentingan akan mengalir…bagaimana menjaga garis sekulernya itu? yaitu dengan mencantumkan hal-hal yang dilihat mata, apa yang dilihat mata? yaitu sisa-sisa tulisan,… pertanyaan sisa tulisan darimana? dari informan, yang mungkin juga ada yang menyaksikan secara langsung kejadian aslinya,… pertanyaan siapa informan? dari semua source wikipedia itu rata2 orang eropa, sangat dipastikan bukan saksi sejarah,… artinya harus ada data yang mereka olah…
        nah inilah yang harus diikuti orang-orang besar, yaitu mengolah data, sama seperti apa yang sedang saya sarankan kepada Anda,… mengolah-mengolah… salah satu data yang saya kasih ke Anda adalah… Kenapa Tengger sampai hiduo dipedalaman nun jauh di gunung sana, jika ternyata peralihan HINDU-ISLAM damai-damai saja..

        (kita anggap saja wikipedia lepas dari user yang menginput dokument itu, sebab nyatanya banyak data yang berhasil diloloskan oleh wikipedia tanpa filterisasi, dulu begitu, tidak tahu sekarang perkembangannya)

        salam

      • parhobass Agustus 31, 2010 / 8:37 am

        @fanya

        ngomong-ngomong Anda sepertinya memiliki memori yang bagus di dalam hal mengingat-ngingat perkataan saya, yang sayangnya Anda gunakan untuk “menyerang” saya (walau dalam bahasa rohaniah saya itu adalah upaya untuk mengingatkan saya, menasehati saya)…

        tetapi apakah Anda ingat semua pesan TUHAN yang saya sampaikan di blog ini kepada Anda?
        salah sattunya, bahwa Anda berharga di mata TUHAN YESUS?

        semoga bukan perkataan saya yang selalu ANda ingat, melainkan perkataan TUHAN YESUS, akan cinta kasihNYA kepada ANda…

        salam

      • fanya Agustus 31, 2010 / 1:25 pm

        @Om Parhobass

        Kenapa Tengger sampai hiduo dipedalaman nun jauh di gunung sana, jika ternyata peralihan HINDU-ISLAM damai-damai saja..
        :
        :

        Untuk pertanyaan tsb bukankah fanya sdh jawab bhw: mereka lari karena takut pembalasan Demak (R Patah – anak Bhre Kertabhumi) atas perbuatan mereka menumbangkan Raja Majapahit sebelumnya Bhre Kertabhumi (Brawijaya V) dari Kahuripan, bukan karena masalah agama. Pendapat fanya tsb selain berdasarkan logika, juga merujuk tulisan Wikipedia berikut: .Pengungsian ini kemungkinan besar untuk menghindari pembalasan dan hukuman dari Demak akibat selama ini mereka mendukung Ranawijaya melawan Kertabhumi”. …………

        Demikian pula M.C. Ricklefs dgn tegas menulis :

        The archipelago was not invaded by outsiders and forcibly converted. Yet states that had converted to Islam often waged war against those that adhered to the older, Hindu-Buddhist traditions. Religious lines, however, do not appear to have been clearly drawn in Javanese statecraft and war.….. jelas bukan?

        Demak tidak perlu memaksa orang2 Majapahit masuk Islam lha wong Raja Majapahit (Bhre Kertabhumi/Brawijaya V) saja sudah beragama Islam koq…….
        Penemuan batu2 nisan Islam diantara nisan raja-raja Hindu bertarikh 1300-an jelas membuktikan bhw Islam sdh tersebar dikalangan elit kerajaan Hindu majapahit. M.C. Ricklefs:
        The discovery of Muslim gravestones dating from the fourteenth century near the site of the Majapahit court suggests that members of the elite converted to Islam while the king remained an adherent of Indian religions.

        Menurut hemat fanya, momentum peralihan HINDU-ISLAM bukan perang Demak-Daha (Majapahit) tahun 1527 karena sejak akhir tahun 1300-an tlh berdiri pesantren di Leran-Gresik oleh Wali Pertama Syekh Maulana Malik Ibrahim yg wafat tahun 1419 dan sejak tahun 1430 telah berkembang komunitas Muslim di Tuban, Semarang, Demak dan Ampel.

        Wikipedia: “…. ekspedisi Cheng Ho (tahun 1430) ini telah menciptakan komunitas muslim China dan Arab di beberapa kota pelabuhan pantai utara Jawa, seperti di Semarang, Demak, Tuban, dan Ampel; maka Islam pun mulai memiliki pijakan di pantai utara Jawa.”…

        Karena fanya bukan arkeolog dan tidak hidup dizaman tsb, tentu saja fanya harus bersandar pd kesimpulan para pakar sejarah yg kredibilitasnya diakui dunia, berdasarkan hasil penelitian artefak dan literatur2 kuno.

        Meski data-data yg dikumpulkan para ahli sejarah begitu jelas menunjukkan bahwa Islam telah berkembang di Majapahit sejak akhir tahun 1300-an padahal perang Demak-Daha baru terjadi tahun 1527 (sekitar 130 tahun kemudian), namun jika Om Par tetap bersikukuh pd pendapat Om karena lebih mempercayai karangan individu yg tak tidak jelas jati dirinya dgn Darmo Gandulnya….. ya sumonggo mawon….. , fanya ga berhasrat membahas pendapat sepihak.

        ====
        @Om Parhobass:
        mengenai point ke 2 mu itu,…
        akan menjadi sangat rancu kalau kita membahas source, dalam hal ini wikipedia,… karena sejak awal Anda menolak membuat rujukan wikipedia dengan alasan2 hanya “berkomentar” saja di blog ini…
        :
        :
        Ahh…siapa bilang fanya menolak rujukan wikipedia?……
        jika dlm komen sebelumnya fanya tidak declare wikipedia sbg sumber muatan komen fanya, semata-mata karena fanya memandang bhw apa yg fanya sampaikan hanyalah berupa komen, bukan artikel atau karya tulis yg mutlak harus menyebut nara sumbernya…..

        ====

        @Om Parhobas:
        tetapi apakah Anda ingat semua pesan TUHAN yang saya sampaikan di blog ini kepada Anda? salah sattunya, bahwa Anda berharga di mata TUHAN YESUS?
        :
        :
        fanya:
        Terimakasih atas compliment2 Om Par thdp fanya. fanya yakin semua manusia sesungguhnya berharga dimata Tuhan, karena mustahil Tuhan menciptakan/menghadirkan sesuatu yg tidak berharga dimata-Nya, hanya saja, belum tentu semua orang menghargai dirinya sendiri, anugrah Tuhan yg diterimanya, bahkan terkadang tanpa disadari juga tak menghargai Tuhannya…..

        Salam

      • parhobass Agustus 31, 2010 / 2:00 pm

        @fanya

        kesan yang saya tangkap dari semua argument Anda adalah: “Peralihan itu damai-damai saja, karena memang Islam itu agama damai.” Ditekankan dengan semua argument2 dan rujukan2 Anda…

        Yang saya tekankan dari semua argument saya (sekali lagi tanpa harus merujuk artikel atau source manapun, karena saya cenderung menganalisa), jika agama itu damai, lalu apakah akan ada “perburuan” terhadap orang-orang yang tidak patuh secara politik kepada penguasa? kecuali penguasa yang “berburu” itu tidak damai, atau tidak sebenar-benarnya damai, atau tidak sebenar-benarnya beragama,
        tetapi nyatanya Anda dan siapapun telah menyematkan mereka para penguasa itu sebagai beragama Islam…lalu pertanyaan akan berputar, apakah masih damai?

        artinya agama dan politik saling beradu, dan kesan argument anda, bahwa politik lebih tinggi ketimbang agama…
        jika demikian peralihan agama itu hanya mengikuti perkembangan pasar saja…karena perlakuan orang yang beragama HINDU dan ISLAM-pun akan sama saja ternyata perihal pergantian penguasa, dimana yang minor selalu legal dibasmi baik oleh karena alasan perlawanan, pemberontakan, d.l.l…
        tetapi timbul pertanyaan lagi, memang pernah Tengger melakukan pemberontakan?

        nah kesan propokatif yang ada pada argument saya akan segera hilang jika,…
        Anda membacanya seperti ini.. yaitu setiap manusia, apapun agamanya,…. kelakuannya tidak akan jauh beda dari manusia manapun,.. sama saja…
        yang membedakannya adalah hubungan dia dengan TUHAN…(sehingga nyambung dengan argument saya di atas banget, bahwa orang yang mengaku Kristen pernah juga melakukan pemaksaan untuk memeluk agama Kristen bagi Yahudi di Eropah Barat sekitar abad pertengan dulu)…

        jadi perihal Demak-Majapahit, kemungkinan pemaksaan itu lebih dominan…
        sebab jika benar Islam damai, maka peralihan itu akan damai-damai saja… kecuali pemimpinnya ngga damai, tetapi konsekuensinya mereka bukan penganut agama damai…alias hanya formalitas pasaran…

        salam

      • fanya Agustus 31, 2010 / 6:45 pm

        @Om Parhobas:

        sebab jika benar Islam damai, maka peralihan itu akan damai-damai saja… kecuali pemimpinnya ngga damai, …
        :
        :
        fanya :
        Yup, peralihan keyakinan dari Hindu ke Islam di Majapahit, menurut catatan sejarah penelitian para ahli memang DAMAI-DAMAI SAJA. Peralihan terjadi secara GRADUAL memakan waktu k.l. 150 tahun (sejak paruh kedua th 1300-an hingga kejatuhan Majapahit th 1527), diawali oleh Wali Maulana Malik Ibrahim selaku wali angkatan pertama di lingkungan Istana Majapahit merangkap sbg “tabib” istana pd era Wikramawardhana, pengganti Hayam Wuruk; dilanjutkan secara estafet oleh angkatan wali-wali selanjutnya hingga angkatan ke-8 th 1592- 1650.

        Yang tidak berjalan damai adalah suksesi politik antar keturunan raja Majapahit selepas Hayam Wuruk yakni sejak Perang Paregreg (antar anak-anak Hayam Wuruk, Kusumawardhani/Wikramawardhana dengan Pangeran Wirabhumi), turun termurun hingga perang Daha-Demak (Ranawijaya dgn Raden Patah)!

        Menurut Prof. Muljana dlm “Chinese Muslims in Java in the 15th and 16th centuries”, Majapahit berkuasa dari 1294 hingga 1478 dan sejak itu menjadi sub-state dibawah Kerajaan Islam Demak hingga Majapahit benar-benar melebur thn 1527.

        Thn. 1443 Arya Damar (Swan Leong) putera alm. Raja Majapahit dengan seorang wanita Tionghoa, oleh Arya Teja (Haji Gan Eng Chou) telah ditunjuk sebagai “kapten” Muslimin Tionghoa di Palembang sekaligus penguasa Palembang atas nama saudara perempuan-tirinya, Ratu Majapahit Suhita (anak/pengganti Wikramardhana/cucu Hayam Wuruk).

        Gan Eng Chou adalah “kapten” Tionghoa muslim di Tuban, Jawa Timur. Beliau oleh Ratu Suhita telah dianugerahi gelar Arya sebagai penghargaan terhadap jasa2 beliau terhadap Majapahit.

        Semua yg fanya kutip dan sampaikan diatas jelas menggambarkan bhw sejak awal 1400-an Islam tlh berkembang dan menyatu di lingkungan Kerajaan Majapahit, baik dikalangan masyarakat (pesantren), pedagang, priyayi bahkan lingkungan Istana!!

        Pasang surut Kerajaan Majapahit diperoleh dari berbagai sumber sejarah baik yg ada di Indonesia maupun di berbagai negara (Cina, Portugis maupun Itali). Dan perang Daha (Majapahit-Demak) jelas adalah perseteruan dendam antar keturunan raja-raja Majapahit, BUKAN DLM RANGKA PEMAKSAAN KEPADA UMAT HINDU UTK MASUK ISLAM!!

        Tengger adalah wilayah dekat kota pantai Pasuruan yang sbgmn umumnya kota-kota pantai di jaman Majapahit seperti Semarang, Tuban dan Gresik merupakan sentra perdagangan komunitas muslim. Jika tujuan penaklukan oleh Demak adalah dalam rangka Islamisasi, betapa mudah untuk mengejar dan memaksa mereka untuk masuk Islam.

        Suku Tengger, tak ubahnya adalah suku Baduy di Kanekes di wilayah Kabupaten Lebak, Banten, maupun masyarakat kampung Naga di Tasikmalaya yg menjunjung tinggi adat dan kepercayaan “karuhun” (leluhur) yg bermuara pd Hindu. Eksistensi mereka mumbuktikan bahwa masyarakat Islam sejak jaman dahulu telah membiarkan dan menghormati keinginan mereka yg tetap mau melestarikan kepercayaan leluhurnya.

        Maka dari itu sungguh aneh bin ajaib jika Om Parhobass justru malah berpegang pd pendapat individual orang2 yg bersumber2 pd informasi yg tidak jelas, tidak kredibel dan tanpa dilandasi bukti2/fakta2 sejarah bahwa Perang Demak-Daha (Majapahit) adalah dlm rangka memaksa umat Hindu utk masuk Islam!!

        ====

        @om Par
        adi perihal Demak-Majapahit, kemungkinan pemaksaan itu lebih dominan…sebab jika benar Islam damai, maka peralihan itu akan damai-damai saja… kecuali pemimpinnya ngga damai, tetapi konsekuensinya mereka bukan penganut agama damai…alias hanya formalitas pasaran…
        :
        :
        :
        fanya:

        Dari masa ke masa, selalu saja ada (banyak) manusia beragama yg lebih mengedepankan nafsunya, egonya, harga dirinya, tahta/jabatannya, kekayaannya dll sehingga meski agamanya justru mengajarkan sebaliknya. fanya jadi heran jika Om Par menyimpulkan orang2 tsb sbg TIDAK MANGANUT AGAMA DAMAI!

        Jika Om Par serius dgn pernyataan/kesimpulan Om tsb diatas, tolong teliti apa agama orang2 di Rwanda saat terjadinya genosida yg membantai k.l. 1.000.000. rakyat rwanda tahun 1994! berapa banyak pendeta/rohaniwan dan perangkat gereja (termasuk biarawati) yg dihukum pengadilan internasional akibat perbuatannya membantai ribuan jemaat mereka yg berlindung ke gerejanya?.

        Jika Om Par konsisten dgn pernyataan Om tsb, berarti Om dgn sadar menyatakan bhw agama Kristen/Katolik adalah bukan agama DAMAI!!??

        Salam

      • parhobass September 1, 2010 / 7:41 am

        @fanya

        saya meneliti bahwa manusia kebanyakan lebih setuju kepada keinginan dagingnya daripada keinginan TUHAN…
        tidak agama yang mengaku damai, tidak agama yang mengaku kasih,… semua manusia sama di dalam hal ini.. yang membedakan adalah hubungan seseorang dengan TUHAN…

        saya kira itu kesimpulan dari analisa kecil2an saya…
        kalau Anda memiliki kesimpulan lain silahkan, tetapi dari argument di atas Anda tidak bisa berdalih dari kesimpulan saya itu,…
        antara lain denga melihat kenyataan bahwa memang “politik” lebih dikedepankan daripada kehendak agama itu sendiri, kecuali agama itu adalah topeng, pasaran, populer dan formalitas semata…

        saran saya, informasi2 yang Anda bawa ke sini tidak usah dengan referensi2 yang mentah, sebab dari awal saya setuju dengan Anda untuk tidak terlalu membabi buta mempaste hal2 yang bersifat bisa kita cari dengan mudah bersama GOOGLE, tetapi berilah komentar berupa analisa dan kesimpulan apa yang Anda dapat dari semua informasi itu, kecuali Anda sudah terbawa arus dan ingin mendompleng sesuatu yang terserah Anda…

        saya sudah katakan kepada Anda, masa abad pertengahan ribuan YAHUDI dipaksa memeluk Kristen oleh orang yang mengaku Kristen di Eropa Barat…
        bahkan Ananias dan Safira mati masa rasul-rasul,…. dari semua data ini apa yang didapat?
        yang saya dapat adalah manusia dimana saja sama di dalam hal kecenderungan kalah di dalam perjuangan mengenal TUHAN… baik yang beragama, baik yang mengaku beragama, dan sebagainya…

        pertanyaan, dari semua yang mengaku agama,
        dimana dari mereka yang cenderung mengikuti pendahulunya?
        dimana dari mereka yang cenderung berjuang mengikuti pendahulunya?
        atau
        dimana dari mereka yang cenderung ingin populer?

        Anda tentu bangga dengan semua kemenangan perang di abad awal ke-Islam-an kan?
        kecuali Anda buta akan arti perang (ingat pembukaan UUD 45), maka Anda sudah tidak bisa melawan arus…

        salam

      • fanya Agustus 31, 2010 / 7:54 pm

        @ Om Parhobass

        jadi perihal Demak-Majapahit, kemungkinan pemaksaan itu lebih dominan…
        sebab jika benar Islam damai, maka peralihan itu akan damai-damai saja… kecuali pemimpinnya ngga damai, tetapi konsekuensinya mereka bukan penganut agama damai…alias hanya formalitas pasaran…

        :
        :
        :
        fanya:

        Sehubungan dengan kesimpulan Om tsb dgn berat hati fanya sampaikan sekelumit fakta nyata yg jarang diungkap di media massa seiring terjadinya Genosida Rwanda, peristiwa pembantaian lebih dari 800.000 jiwa suku Tutsi dan Hutu yg meninggalkan jutaan nanusia menderita kehilangan anak-orang tua dan sanak saudara.

        Tulisan ini adalah murni kutipan/terjemahan bebas dari beberapa artikel dan laporan resmi US State Department yg fanya baca a.l. sbb:

        Pasca-genosida Rwanda, dunia menyaksikan terjadinya peningkatan drastis dalam jumlah konversi (perpindahan agama) dari umat Katholik dan Protestan ke Islam yang dilakukan warga suku Hutu maupun Tutsi. Populasi warga Muslim Rwanda saat ini diperkirakan mencapai lebih dari 14% dari 8,2 juta total penduduk Rwanda – negara Afrika yang paling Katolik – yakni lebih dari dua kali lipat dibanding sebelum terjadinya genosida. Penyebabnya adalah:

        Pertama, adanya dan meningkatnya peran kelembagaan institusi Islam nasional Rwanda yang makin menonjol dibanding peran Gereja Katolik dan Protestan yang terbukti terlibat aktif dalam tindakan genosida Rwanda. Banyak yang berpindah agama menyatakan bahwa mereka memilih Islam karena mereka menyaksikan sendiri betapa para petinggi gereja Katolik dan Protestan aktif terlibat didalam genosida. Berbagai LSM yang memperjuangkan hak asasi manusia telah mendokumentasikan berbagai insiden dimana para Rohaniwan Kristen Hutu menangkapi warga Tutsi yang datang mencari perlindungan ke gereja-gereja dan menyerahkan mereka ke pasukan maut Hutu.

        Mereka juga memiliki bukti-bukti dimana Imam dan minister Hutu bahkan mendorong para jemaat mereka untuk bersama-sama membunuh warga Tutsi.

        Sehubungan dengan tragedi tersebut, beberapa gereja telah ditetapkan pemerintah Rwanda menjadi monumen peringatan atas tewasnya sekian banyak manusia yang dibantai di antara bangku-bangku gereja.

        Banyak pimpinan gereja dan rohaniwan Hutu yang telah dijatuhi hukuman di Pengadilan Lokal maupun Pengadilan Kriminal Internasional untuk Rwanda (ICTR) akibat keterlibatan dan peran aktif mereka dalam genosida.

        Empat pendeta dikenai tuduhan genosida di PBB, dan di Belgia, dua biarawati Rwanda dijatuhi hukuman atas tindak pembunuhan dan peran mereka dalam aksi pembantaian lebih dari 7.000 warga Tutsi yang datang mencari perlindungan di Biara Benedictine dimana ia melayani jemaatnya.

        Kedua, warga Tutsi yang selamat berkat perlindungan warga Muslim, terpanggil jiwanya untuk memeluk Islam, terlebih lagi setelah mengenal dan mempelajari lebih dekat tentang iman dan Islam yang menumbuhkan rasa hormat yang mendalam. Selain itu, mereka berharap bahwa dengan memeluk Islam mereka akan terhindar dari kemungkinan kejadian serupa.

        Jean Pierre Sagahutu, warga Tutsi yang memeluk Islam setelah mendapat perlindungan dari warga muslim, menyatakan bahwa “ketika mereka berdoa, Hutu dan Tutsi duduk berdampingan dalam damai di masjid yang sama tanpa pembedaan. Saya sungguh sangat menikmati kenyataan tersebut.

        Ketiga, bagi warga Hutu, berpindah masuk Islam sebagai upaya pertaubatan, juga mencari penyembuhan spiritual akibat trauma jiwa sehubungan lumuran darah dari sekian banyak nyawa yang melayang di tangannya, dan mereka bergabung didalam Islam bersama warga Tutsi guna memperoleh ketenteraman dan keselamatan jiwa dunia akhirat.

        Mengapa warga Muslim Rwanda menjadi penyelamat baik bagi warga Tutsi maupun warga Hutu dalam genosida yang menggegerkan dunia ini?

        Ada yang mengatakan Muslim melakukan ini karena perintah agama yang kuat untuk menjadi rahmat bagi semesta alam (rahmatan lil alamin), meskipun ajaran Kristen sesungguhnya dilandasi ajaran KASIH juga. Yang lain mengatakan, umat Islam Rwanda yang sebelumnya selalu direndahkan sebagai minoritas dan dikucilkan, tidak tertarik oleh kampanye Hutu untuk melakukan pertumpahan darah, bahkan tidak ragu untuk menentangnya karena mereka yakin hal itu bukan tindakan terpuji.

        “Jika bukan karena umat Islam, seluruh keluarga saya akan mati,” kata Aisha Uwimbabazi, 27th, ibu dari dua anak. “Saya sangat, sangat berterima kasih kepada orang Islam selama genosida dan saya benar-benar merasa yakin bahwa Islam adalah yang lurus…….”

        “Saya tahu orang-orang di Amerika menganggap Muslim adalah teroris, tetapi untuk Rwanda mereka pejuang kemerdekaan kita selama genosida,” kata Jean Pierre Sagahutu, 37, seorang Tutsi yang masuk Islam dari Katolik setelah ayahnya dan sembilan anggota keluarganya tewas dibantai Hutu. “Saya mencoba bersembunyi di gereja, tapi ternyata itu adalah tempat terburuk untuk sembunyi. Sebaliknya, sebuah keluarga Muslim membawa saya dan mereka menyelamatkan hidupku….” . Sagahutu mengatakan bahwa ayahnya pernah bekerja di sebuah rumah sakit di mana ia ramah dengan keluarga Muslim. Mereka menyembunyikan Sagahutu ke dalam, walaupun mereka sesungguhnya adalah suku Hutu.

        Sumber :

        Emily Wax (2002-11-23). “Islam Attracting Many Survivors of Rwanda Genocide”. Washington, D.C.: The Washington Post. p. A10. http://www.washingtonpost.com/wp-dyn/articles/A53018-2002Sep22.html. Retrieved 2007-12-04;

        Tiemessen, Alana (2005) From Genocide to Jihad: Islam and Ethnicity in Post-Genocide Rwanda. Paper presented at the Annual General Meeting of the Canadian Political Science Association, London, Ontario.
        Robert Walke (2004-04-01). “Rwanda’s religious reflections”. BBC. http://news.bbc.co.uk/1/hi/world/africa/3561365.stm. Retrieved 2008-08-23;

        Times Daily;

        U.S. Department of State. “Rwanda: International Religious Freedom Report 2002” Released by the Bureau of Democracy, Human Rights, and labor. October 7, 2002. [on-line] [available:http://www.state.gov%5D;

        Islamic Voice. “Rwanda Wakes Up To Islam.” December 1999. [on-line] [available:http://www.zawaj.com%5D

        Salam

      • fanya Agustus 31, 2010 / 8:06 pm

        @ Om Parhobass (reposted bhb yg sebelumnya kena moderasi)

        jadi perihal Demak-Majapahit, kemungkinan pemaksaan itu lebih dominan…
        sebab jika benar Islam damai, maka peralihan itu akan damai-damai saja… kecuali pemimpinnya ngga damai, tetapi konsekuensinya mereka bukan penganut agama damai…alias hanya formalitas pasaran…
        :
        :
        :
        fanya:

        Sehubungan dengan kesimpulan Om tsb dgn berat hati fanya sampaikan sekelumit fakta nyata yg jarang diungkap di media massa seiring terjadinya Genosida Rwanda, peristiwa pembantaian lebih dari 800.000 jiwa suku Tutsi dan Hutu yg meninggalkan jutaan nanusia menderita kehilangan anak-orang tua dan sanak saudara.

        Tulisan ini adalah murni kutipan/terjemahan bebas dari beberapa artikel dan laporan resmi US State Department yg fanya baca a.l. sbb:

        Pasca-genosida Rwanda, dunia menyaksikan terjadinya peningkatan drastis dalam jumlah konversi (perpindahan agama) dari umat Katholik dan Protestan ke Islam yang dilakukan warga suku Hutu maupun Tutsi. Populasi warga Muslim Rwanda saat ini diperkirakan mencapai lebih dari 14% dari 8,2 juta total penduduk Rwanda – negara Afrika yang paling Katolik – yakni lebih dari dua kali lipat dibanding sebelum terjadinya genosida. Penyebabnya adalah:

        Pertama, adanya dan meningkatnya peran kelembagaan institusi Islam nasional Rwanda yang makin menonjol dibanding peran Gereja Katolik dan Protestan yang terbukti terlibat aktif dalam tindakan genosida Rwanda. Banyak yang berpindah agama menyatakan bahwa mereka memilih Islam karena mereka menyaksikan sendiri betapa para petinggi gereja Katolik dan Protestan aktif terlibat didalam genosida. Berbagai LSM yang memperjuangkan hak asasi manusia telah mendokumentasikan berbagai insiden dimana para Rohaniwan Kristen Hutu menangkapi warga Tutsi yang datang mencari perlindungan ke gereja-gereja dan menyerahkan mereka ke pasukan maut Hutu.

        Mereka juga memiliki bukti-bukti dimana Imam dan minister Hutu bahkan mendorong para jemaat mereka untuk bersama-sama membunuh warga Tutsi.

        Sehubungan dengan tragedi tersebut, beberapa gereja telah ditetapkan pemerintah Rwanda menjadi monumen peringatan atas tewasnya sekian banyak manusia yang dibantai di antara bangku-bangku gereja.

        Banyak pimpinan gereja dan rohaniwan Hutu yang telah dijatuhi hukuman di Pengadilan Lokal maupun Pengadilan Kriminal Internasional untuk Rwanda (ICTR) akibat keterlibatan dan peran aktif mereka dalam genosida.

        Empat pendeta dikenai tuduhan genosida di PBB, dan di Belgia, dua biarawati Rwanda dijatuhi hukuman atas tindak pembunuhan dan peran mereka dalam aksi pembantaian lebih dari 7.000 warga Tutsi yang datang mencari perlindungan di Biara Benedictine dimana ia melayani jemaatnya.

        Kedua, warga Tutsi yang selamat berkat perlindungan warga Muslim, terpanggil jiwanya untuk memeluk Islam, terlebih lagi setelah mengenal dan mempelajari lebih dekat tentang iman dan Islam yang menumbuhkan rasa hormat yang mendalam. Selain itu, mereka berharap bahwa dengan memeluk Islam mereka akan terhindar dari kemungkinan kejadian serupa.

        Jean Pierre Sagahutu, warga Tutsi yang memeluk Islam setelah mendapat perlindungan dari warga muslim, menyatakan bahwa “ketika mereka berdoa, Hutu dan Tutsi duduk berdampingan dalam damai di masjid yang sama tanpa pembedaan. Saya sungguh sangat menikmati kenyataan tersebut.

        Ketiga, bagi warga Hutu, berpindah masuk Islam sebagai upaya pertaubatan, juga mencari penyembuhan spiritual akibat trauma jiwa sehubungan lumuran darah dari sekian banyak nyawa yang melayang di tangannya, dan mereka bergabung didalam Islam bersama warga Tutsi guna memperoleh ketenteraman dan keselamatan jiwa dunia akhirat.

        Mengapa warga Muslim Rwanda menjadi penyelamat baik bagi warga Tutsi maupun warga Hutu dalam genosida yang menggegerkan dunia ini?

        Ada yang mengatakan Muslim melakukan ini karena perintah agama yang kuat untuk menjadi rahmat bagi semesta alam (rahmatan lil alamin), meskipun ajaran Kristen sesungguhnya dilandasi ajaran KASIH juga. Yang lain mengatakan, umat Islam Rwanda yang sebelumnya selalu direndahkan sebagai minoritas dan dikucilkan, tidak tertarik oleh kampanye Hutu untuk melakukan pertumpahan darah, bahkan tidak ragu untuk menentangnya karena mereka yakin hal itu bukan tindakan terpuji.

        “Jika bukan karena umat Islam, seluruh keluarga saya akan mati,” kata Aisha Uwimbabazi, 27th, ibu dari dua anak. “Saya sangat, sangat berterima kasih kepada orang Islam selama genosida dan saya benar-benar merasa yakin bahwa Islam adalah yang lurus…….”

        “Saya tahu orang-orang di Amerika menganggap Muslim adalah teroris, tetapi untuk Rwanda mereka pejuang kemerdekaan kita selama genosida,” kata Jean Pierre Sagahutu, 37, seorang Tutsi yang masuk Islam dari Katolik setelah ayahnya dan sembilan anggota keluarganya tewas dibantai Hutu. “Saya mencoba bersembunyi di gereja, tapi ternyata itu adalah tempat terburuk untuk sembunyi. Sebaliknya, sebuah keluarga Muslim membawa saya dan mereka menyelamatkan hidupku….” . Sagahutu mengatakan bahwa ayahnya pernah bekerja di sebuah rumah sakit di mana ia ramah dengan keluarga Muslim. Mereka menyembunyikan Sagahutu ke dalam, walaupun mereka sesungguhnya adalah suku Hutu.

        Sumber :

        Emily Wax (2002-11-23). “Islam Attracting Many Survivors of Rwanda Genocide”. Washington, D.C.: The Washington Post. p. A10. Retrieved 2007-12-04;

        Tiemessen, Alana (2005) From Genocide to Jihad: Islam and Ethnicity in Post-Genocide Rwanda. Paper presented at the Annual General Meeting of the Canadian Political Science Association, London, Ontario.

        Robert Walke (2004-04-01). “Rwanda’s religious reflections”. BBC. Retrieved 2008-08-23;

        Times Daily;

        U.S. Department of State. “Rwanda: International Religious Freedom Report 2002” Released by the Bureau of Democracy, Human Rights, and labor. October 7, 2002. [on-line]

        Islamic Voice. “Rwanda Wakes Up To Islam.” December 1999.

        Salam

      • fanya September 1, 2010 / 3:05 am

        @Om Parhobass

        Setelah Om membaca laporan resmi ttg pembunuhan massal di Rwanda yang menewaskan k.l. 800.000-1.000.000 jiwa suku Tutsi tahun 1994 atau mungkin juga Genosida Srebrenica, pembantaian lebih dari 8.000 warga muslim Bosnia oleh pasukan Serbia Bosnia pimpinan Jenderal Ratko Mladić bulan Juli 1995, fanya ingin bertanya sm Om sbb :

        1. Apa motif dari pengejaran dan pembunuhan massal thdp suku Tutsi atau warga muslim Bosnia tsb politis, perebutan kekuasaan, sosial, rasial atau agama?.

        2. Mengingat bahwa yang dijatuhi hukuman oleh Pengadilan Internasional PBB utk Rwanda justru adalah perangkat-perangkat Gereja, apakah itu berarti agama Kristen/Katolik adalah bukan agama damai dan ajaran Kasih yg selalu didengung-dengungkan hanyalah sekedar formalitas pasaran saja?

        1. Jika Om mengatakan bahwa motifnya adalah politik dan perebutan kekuasaan, jawaban tsb menunjukkan bhw perebutan kekuasaan (tahta) dpt mengakibatkan terjadinya tragedi dan pembantaian massal yg maha dahsyat. Dibanding dengan hijrahnya segelintir warga Majapahit ke Tengger, Bali dan Jawa Barat yg DIBIARKAN (tidak dikejar) oleh Muslimin Demak, bahkan dilindungi hingga tetap lestari hingga detik ini, paling banter adalah dampak dari perebutan kekuasaan, bukan disebabkan penindasan sebagaimana yg Om gulirkan!.

        2. Jika karena ada orang2 Majapahit yg mengungsi ke Tengger, Om Par sudah menyimpulkan bhw Islam adalah agama TIDAK DAMAI atau sekedar formalitas pasaran belaka, apa sebutan yg cocok buat Kristen/Katolik yg jelas2 terlibat dlm menciptakan tragedi yg didukung pula oleh fakta bhw banyak perangkat gereja dan rohaniwan Kristen/Katholik dijatuhi hukuman oleh pengadilan lokal maupun internasional akibat peran aktif mereka dlm genosida??

        Om Par, mengapa fanya sangat serius menyikapi statemen Om yg mengaitkan kekalahan Majapahit oleh Demak dengan pemaksaan Islamisasi mengingat dampak dari isu yg Om lontarkan dpt berdampak sangat besar, luas dan berbahaya.

        Konflik politik dan etnil dampak cakupannya kalaupun ada, hanya sebatas pd lingkup lokal atau paling banter nasional. Berbeda dengan lonflik agama yg dpt dengan mudah berkembang menjadi masalah nasional, regional bahkan global. Itu sebabnya tokoh-tokoh berbagai agama di dunia yg mengedepankan RUH, dengan sekuat tenaga melalui berbagai forum dialog antar agama berusaha menepis dikaitkannya isu-isu agamis dari pelbagai konflik.

        fanya menyampaikan semua ini bukan utk mendiskreditkan siapapun atau pihak manapun, melainkan sekedar mengajak kita semua menempatkan segala sesuatu pd tatanan yg seharusnya, apa adanya, dgn berpijak pd bukti dan fakta-fakta yg valid, bukan pd isapan jempol yg jelas2 tidak didukung oleh data2 faktual.

        Salam

        Catatan :
        Wikipedia nampaknya tlh menghapus secara total ulasan yg sebelumnya ada dan cukup detil ttg keterlibatan gereja dlm kasus genosida Rwanda. Namun Washington Post dan BBC masih menyimpan dan meng-update berita ttg tragedi kemanusiaan tsb, dan memberitakan bhw UN court set up to try those accused of war crimes and genocide in Rwanda has been given more time to complete its work up to the end of year 2010.

  3. Ping-balik: Roma 1:1 « Hakadosh
  4. lovepassword Agustus 28, 2010 / 12:23 pm

    Hancurnya majapahit oleh Demak ya? Tentu ada banyak persepsi soal itu . Seingatku Brawijaya terakhir itu sudah Islam setidaknya secara formal karena mengikuti salah satu istrinya.
    Lha terlalu lembeknya Brawijaya terhadap pendatang yang beragama Islam ( apalagi kemudian Brawijaya sendiri konon memeluk Islam) tentu saja tidak disenangi oleh kelompok mayoritas Hindu Majapahit , tidak disenangi oleh sebagian pengikutnya. Sehingga bagaimanapun memang pasti ada friksi atau rebutan pengaruh antara Islam sebagai pendatang dan Hindu pada saat itu.

    Masalah keruntuhan Majapahit, kalo kamu tanya sebagian pengikut Kejawen sekarang sebagian memang mengasumsikan kekurang ajaran seorang anak terhadap bapaknya. Seakan ada kesan anak kurang ajar itu Islam mengkhianati bapaknya yang beragama Hindu. Seakan-akan mau ngomong agama Islam mengajarkan seorang anak boleh durhaka terhadap bapaknya untuk motif agama. Belum lagi dikaitkan dengan ramalan Sabdo Palon Noyogenggong yang bersumpah membalas semua penghianatan itu. akan kembali berapa ratus kemudian untuk membalas. Bencana gempa bumi dsb oleh prngikut Kejawen kan sering diasosiasikan penanda kembalinya Kejayaan Majapahit kembalinya Sabdopalon.

    Tetapi kalo dianalisa secara lebih komprehensip, masalahnya memang lebih ruwet dari itu. Raden Patah dan Ibunya konon diusir oleh Brawijaya ketika Brawijaya suatu ketika mencintai wanita lain. Diusir begitu saja diberikan laki2 lain.
    Dalam perspektif ini Brawijaya sendiri Islam , Raden Patah juga Islam. Lha Raden Patah adalah simbol anak yang didzolimi oleh orang tuanya yang kemudian menuntut balas atas nama dirinya dan ibunya.

    Jadi masalahnya tidak bisa dilihat hanya dari satu sisi saja. ^_^

    • fanya Agustus 29, 2010 / 7:15 am

      @Om Eko LP
      @Om Parhobass

      – Terimakasih atas tambahan info terkait penyebab “Hancurnya Majapahit oleh Demak”.

      – Mohon ralat, fanya salah tulis nama pd postingan terakhir; tertulis JAYAWARDHANA (anak Singhawikramawardhana) seharusnya RANAWIJAYA. maaf.

      Sebagai tambahan informasi terkait penyebaran Islam (Islamisasi) di Jawa, “A History of Modern Indonesia Since C. 1200” M.C. Ricklefs, Stanford University Press,2002 Bab I: The Emergence of the Modern Era – The Coming of Islam (hal 3-18) menulis :

      “Like the introduction of Indian civilization, the process of Islamization is obscure because of the lack of adequate historical records and archeological evidence. The archipelago was not invaded by outsiders and forcibly converted. Yet states that had converted to Islam often waged war against those that adhered to the older, Hindu-Buddhist traditions. Religious lines, however, do not appear to have been clearly drawn in Javanese statecraft and war.…..

      The conversion of rulers to Islam in coastal Malay regions was a “great turning point” marked by miracles (including the magical circumcision of converts), the confession of faith, and adoption of Arabic names. Javanese chroniclers tended to view it as a much less central event in the history of dynasties and states. But the Javanese chronicles mention the role of nine (or ten) saints (wali in Arabic), who converted rulers through the use of supernatural powers.

      The discovery of Muslim gravestones dating from the fourteenth century near the site of the Majapahit court suggests that members of the elite converted to Islam while the king remained an adherent of Indian religions.

      Wikipedia juga menulis:

      L.W.C van den Berg, Islamolog dan ahli hukum Belanda yang mengadakan riset pada 1884-1886, dalam bukunya Le Hadhramout et les colonies arabes dans l’archipel Indien (1886)[5] mengatakan:
      ”Adapun hasil nyata dalam penyiaran agama Islam (ke Indonesia) adalah dari orang-orang Sayyid Syarif. Dengan perantaraan mereka agama Islam tersiar di antara raja-raja Hindu di Jawa dan lainnya. Selain dari mereka ini, walaupun ada juga suku-suku lain Hadramaut (yang bukan golongan Sayyid Syarif), tetapi mereka ini tidak meninggalkan pengaruh sebesar itu. Hal ini disebabkan mereka (kaum Sayyid Syarif) adalah keturunan dari tokoh pembawa Islam (Nabi Muhammad SAW).” Van den Berg juga menulis dalam buku yang sama (hal 192-204): ”Pada abad ke-15, di Jawa sudah terdapat penduduk bangsa Arab atau keturunannya, yaitu sesudah masa kerajaan Majapahit yang kuat itu. Orang-orang Arab bercampul-gaul dengan penduduk, dan sebagian mereka mempunyai jabatan-jabatan tinggi. Mereka terikat dengan pergaulan dan kekeluargaan tingkat atas. Rupanya pembesar-pembesar Hindu di kepulauan Hindia telah terpengaruh oleh sifat-sifat keahlian Arab, oleh karena sebagian besar mereka berketurunan pendiri Islam (Nabi Muhammad SAW). ….”

      Penulis sejarah Jawa tampaknya cenderung melihat pergeseran keyakinan dari Hindu ke Islam sebagai suatu peristiwa yang tak terlalu penting dalam sejarah Dinasti dan Kerajaan di Jawa karena prosesnya yg berjalan begitu wajar tanpa resistensi dari berbagai kalangan, baik dilingkungan keluarga raja (bahkan Raja Majapahit Brawijaya V sendiripun masuk Islam saat beliau masih bertahta), maupun di kalangan rakyat jelata, yang ditandai dengan berdirinya Pesantren di Leran Gresik awal tahun 1400).

      Salam

    • parhobass Agustus 30, 2010 / 8:02 am

      @anak Adam

      Maren kamu tahu kalo Yesus itu bukan Allah.
      Injil barnabas apakah kamu tahu itu?
      Parhobas dahulu tidak memberitahu saya tentang injil barnabas ini.

      seingat saya, saya pernah dialog dengan beliau ini kalau bukan di blog Anda, sepertinya di blognya agorsiloku (lupa tepatnya),…
      selebihnya saya tidak tahu menahu dengan beliau,
      kenapa saudara anak Adam?

      apakah Anda tertarik bahwa dia mengambil nick saya, atau karena perihal Injil Barnabas?

      salam

  5. Robinson A. Sihotang Agustus 30, 2010 / 6:37 pm

    @ Anak Adam
    @ M. Nasir
    @ Boni .

    Kelian bertiga sudah saya beritahu dgn pencerahan dalam damai sejahtera . Tetapi dasar kebebalan org-2 Saduki yg selalu kelian tanamkan di hati kelian. Iman yg didasarkan atas ajaran manusia selalu menganggap tidak ada kebenaran lain selain ajaran kelian sendiri. Lelah memang untuk menghardik roh tegar tengkuk di hati kelian masing-masing.

  6. fanya September 1, 2010 / 10:55 am

    @Om Parhobass

    Bagi fanya, jika ada manusia (atau sekelompok manusia) beragama melakukan perbuatan tak terpuji, maka hakimilah/hukumlah orang atau kelompok orang salah tsb, bukan menghakimi agamanya! Agama pada hakekatnya hanyalah “pakaian” atau uniform bagi pemakainya.

    Meski hampir semua orang menyadari hal tsb, namun tetap saja banyak orang yg terjebak menjustifikasi “pakaian” (agama) yg dikenakan pelaku perbuatan tercela.

    Manakala ada orang Islam kedapatan menjadi teroris, sungguh picik jika kemudian Islam dihakimi sbg agama teror. Terlebih lagi fakta menunjukkan banyak pemeluk agama, apapun agamanya, yg terjerumus menjadi pelaku tindak kriminal serupa, jadi koruptor, jadi tiran, jadi provokator, jadi pelacur, jadi pembunuh dsb, sehingga betapa naifnya jika predikat2 negatif tsb menjadi label agama terkait.

    Inilah yg a.l. fanya soroti sbg hal yg mesti diluruskan oleh siapapun yg memahami makna agama, makna ajaran Tuhan, sbg sesuatu yg mesti dikembalikan pada tempat dan tatanan yg seharusnya. Siapapun yg merasa mengenal agama, mengenal Tuhan, seyogianya mengimplementasikan hal ini dlm kesehariannya, bukan malah terbawa “PALSU”, ikut menyebarkan “ERROR” atau bahkan menjadi agitator pertentangan dan pelecehan ajaran Tuhan yg diturunkan melalui agama apapun.

    Dalam peperangan apapun, termasuk Perang Majapahit-Demak, penyebabnya pasti adalah ERROR MANUSIA baik pd orang yg beragama Hindu maupun Islam, bukan ERROR AGAMA! Pasalnya, setiap agama di dunia pasti mengajarkan dan bertujuan utk KEBAJIKAN, KEDAMAIAN, KEADILAN, KESEJAHTERAAN, KESELAMATAN dan KEBAHAGIAAN segenap manusia. Maka dari itu, fanya sangat tidak sependapat jika dampak ERROR manusia yg jadi penyebab timbulnya perang kapanpun, dimanapun, antar siapapun, ditimpakan sbg tanggung jawab pd agama apapun!!

    Himbauan seperti ini pula yg setahu fanya selalu dikumandangkan para petinggi agama dan senantiasa diperbaharui melalui berbagai forum dialog interfaith internasional a.l. di Bali, Larnaca, Jakarta (ICIS), New York dll.

    Salam

    • parhobass September 1, 2010 / 12:09 pm

      @fanya

      saya tidak mengatakan agama Anda bla bla bla bla…

      dari awal sudah saya katakan kepada Anda, manusianya yang tidak ada hubungan baik dengan TUHAN, sehingga segala yang jasmaniah mampu mengalahkan segala yang berbau rohaniah…

      tetapi, karena menjurus ke agama… hehehe
      jika agama Anda tidak berbicara demikian maka ada yang salah dengan agama Anda…
      tetapi kalau ternyata demikian, berarti agama yang berupa pakian menurut anda kan harus berani berganti pakaian…

      saya kira begitu

      • fanya September 2, 2010 / 7:35 am

        @ Om Parhobass
        saya tidak mengatakan agama Anda bla bla bla bla….
        :
        :
        : O ya??…. nih fanya copas dari komen Om Par August 31, 2010 at 2:00 pm sbb:

        “jadi perihal Demak-Majapahit, kemungkinan pemaksaan itu lebih dominan…sebab jika benar Islam damai, maka peralihan itu akan damai-damai saja… kecuali pemimpinnya ngga damai, tetapi konsekuensinya mereka bukan penganut agama damai…alias hanya formalitas pasaran…
        By: parhobass on August 31, 2010
        at 2:00 pm
        :
        :
        :
        Kesimpulan Om Parhobas atas jawaban fanya bahwa “perang Majapahit-Demak merupakan balas dendam/perebutan kekuasaan antar keturunan raja-raja Majapahit” tsb dgn jelas menohok Islam sebagai agama tidak damai bukan???

      • parhobass September 2, 2010 / 8:41 am

        @fanya

        saya pilah kalimat saya, karena memang meski Anda senang dengan bahasa2 bercabang, tetapi Anda juga senang mencari-cari kesalahan…

        “jadi perihal Demak-Majapahit, kemungkinan pemaksaan itu lebih dominan…sebab jika benar Islam damai, maka peralihan itu akan damai-damai saja… kecuali pemimpinnya ngga damai, tetapi konsekuensinya mereka bukan penganut agama damai…alias hanya formalitas pasaran…”

        a.1. kemungkinan besar pemaksaan ada
        b.1. Islam damai, apakah benar?
        b.2. Jika islam damai, maka a.1. tidak akan ada
        b.3. Bisa juga islam damai tetapi pemimpinnya yang tidak damai
        c.1. Jika Islam damai, dan pemimpinnya tidak damai berarti agama itu hanya formalitas semata…
        d.1. timbul pertanyaan, karena Anda getol dan siapapun getol mengatakan bahwa pemimpin itu adalah benar-benar Islam, lalu kenapa ia tidak damai? buktinya ada nuansa politis yang tidak baik kepada mereka yang tidak suka ia menjadi raja?… bisa Anda lihat dilema itu?

        jadi kalimat saya itu berupa pernyataan yang menyiratkan pertanyaan kepada ANda yang suka menyelidiki kalimat orang lain tetapi jauh dari kesan baik, yaitu apakah Anda damai karena agama Anda damai? atau Anda damai karena Anda benar-benar damai itu?

        sehingga nyambung terus dengan argument saya sejak awal, bahwa dalam hal jasmaniah dan nafsu semua manusia itu sama, baik yang beragama baik yang mengaku beragama…

        peluang Anda menjadi orang besar di Indonesia ini lebih besar ketimbang peluang saya, maka saran saya sebagai calon yang memiliki peluang besar itu, Anda harus bisa memilah dan memilih dengan mata yang cermat, seperti Abigail istri Daud bekas istri Nabal…
        salam

      • fanya September 2, 2010 / 10:52 am

        @Om Parhobass

        .… kecuali pemimpinnya ngga damai, ….tetapi konsekuensinya mereka bukan penganut agama damai
        :
        :
        :
        Semua orang tahu bahwa Pemimpin Demak adalah salah seorang dari Wali Songo, dan jelas beragama Islam.

        Pernyataan Om Par bhw …”mereka bukan penganut agama damai…—-…alias hanya formalitas pasaran…”> fanya yakin siapapun yg bisa membaca akan memaknai pernyataan Om Par tsb menunjuk Islam sbg bukan agama damai …alias hanya formalitas pasaran…”!

        Sebagai tambahan catatan:
        Suma Oriental memberitakan bahwa pada 1507 Pate Rodin Sr. alias Raden Patah meresmikan Masjid Agung Demak yang baru saja diperbaiki. Raden Patah juga tidak memerangi umat lain yang juga mayoritas, Hindu dan Buddha, sebagaimana wasiat Sunan Ngampel, gurunya. Walau sebelumnya, seperti yang tertera dalam babad dan serat, memberitakan ia menyerang Majapahit, hal tersebut dilatarbelakangi persaingan politik dalam menguasai Jawa, bukan karena sentimen agama. Lagi pula, BTJ dan Serat Kanda memberitakan bahwa pihak Majapahitlah yang lebih dulu menyerang Giri Kedaton, sekutu Demak di Gresik.

        fanya, sama sekali tidak bermaksud mencari-cari kesalahan Om Par, fanya hanya menunjukkan berbagai fakta/referensi yg menyatakan bhw:

        1. Motivasi Perang Demak-Majapahit adalah persaingan/perebutan kekuasaan, bukan Agama.

        2. Pernyataan Om Par mengatakan bhw pemimpin Demak (yg jelas beragama Islam) bukan penganut agama damai!

        salam

      • parhobass September 2, 2010 / 11:00 am

        @fanya

        sekarang coba Anda jawab pertanyaan saya dari komen sebelumnya.
        saya ringkas supaya jelas,

        pemimpin itu damai karena agamanya damai?
        atau
        pemimpin itu damai karena ia adalah damai itu?

        hubungkan dengan
        1. kalau damai maka tidak perlu ada Tengger sampai ke pedalaman
        2. kalau agama damai berarti pemimpin itu penganut agama yang formalitas
        3. kalau ternyata dia penganut agama yang taat timbul dilema, perhatikan dilemanya, renungkan, dan cermati…

        Anda tidak usah menjawab di blog ini, pikirkanlah itu di hati Anda sendiri..

      • fanya September 2, 2010 / 12:19 pm

        @Om Parhobass

        pemimpin itu damai karena agamanya damai?
        atau
        pemimpin itu damai karena ia adalah damai itu?
        :
        :
        :
        ====
        jawab:

        1. Pertanyaan no. 1 yg mengaitkan damai dgn agama tidak relevan.
        2. Pertanyaan no 2. Pemimpin itu damai Bukan karena ia adalah damai, melainkan karena dia konsisten dgn perintah/ajaran agamanya utk memelihara kedamaian. Menurut fanya, Damai adalah RASA TENTERAM ciptaan Tuhan yg berkat kuasa-Nya hadir dalam hati seseorang atau sekelompok orang, yg dampaknya tercermin dalam kehidupan sehari-hari.

        Dlm beberapa diskusi berulangkali Om Par mengatakan bhw karakter seseorang tidak otomatis mencerminkan ajaran agama yg dianutnya. Tidak semua pemeluk agama Kasih senantiasa welas asih, bahkan tak sedikit pula yg malah jahat, sadis dan kejam, meski agamanya sendiri mengajarkan kasih dan melarang kejahatan.

        Oleh sebab itu damai atau tidak damainya seseorang jelas tidak relevan jika dikaitkan dengan agama. Bahkan orang ATHEIS malah cenderung lebih bisa damai koq (Warga Swedia cenderung atheis tapi warganya sangat cinta damai. Swedia adalah negara Eropa yg selalu Netral, tidak pernah terlibat perang dgn negara manapun dan konsisten memberikan asylum kpd orang2 korban perang dari negara manapun!). Itu sebabnya fanya memuat FAKTA NYATA kasus di Rwanda dan Serbia. Relevankan jika perbuatan GENOSIDA warga dan pemimpin Rwanda yg mayoritas beragama Kristen (dhi. Katolik, Protestan dan Advent) dikaitkan dengan ajaran Kristen? tolong dijawab ya Om…

        salam

      • parhobass September 2, 2010 / 1:19 pm

        @fanya

        saya ngga tahu kenapa Anda memutar2 kalimat saya….
        argument saya sudah jelas, apapun agamanya, maupun mengaku beragama,
        jelas agama itu tidak bisa mencerminkan pribadi atau karakter atau apapun dari seseorang itu….
        yang saya sebut sebagai semua manusia itu sama di dalam hal keinginan jasmaniahnya… bisa Anda tangkap kalimat itu?

        nah di sini study khasusnya adalah runtuhnya majapahit oleh demak…
        pertanyaannya,
        pemimpin itu damai?
        atau agama itu damai?
        atau agama memfalitisi kedamian?
        atau agama memfalitisi ketidakdamaian?

        itu yang perlu Anda jawab di dalam hati, ngga usah menjawab bertele2 terus di blog ini,..
        kalau ada kesan makna tersembunyi yang mengatakan agama Anda tidak damai, silahkan Anda olah sendiri kalimat saya…

        sekarang study kasus Anda lempar kekristen,
        saya katakan dari awal, pada abad pertengahan ada Kristen memaksa Yahudi memeluk Kristen dengan paksa…
        keberanian mengakui hal2 demikian tidak ada pada Anda…
        pertanyaan, apakah Kristen memfalitisasi? atau memang manusianya yang meski beragama tidak bisa kasih?
        kalau Anda teliti argument saya di atas, dan konsisten, mengatakan hubungan pribadi dengan TUHAN mencerminkan karakter, bukan hubungan manusia dengan agama…. jadi kalau ada Kristen setuju kepada pembantaian dan pemaksaan, jelas hubungan pribadinya dengan TUHAN dipertanyakan…

        so menurutmu pemimpin demak yang menghancurkan Majapahit gimana?
        disetujui agama? atau memang manusianya yang tidak beragama? atau manusianya tidak ada hubungan dengan TUHAN?

        salam.

      • fanya September 2, 2010 / 4:47 pm

        @Om Parhobass

        sekarang study kasus Anda lempar kekristen,
        saya katakan dari awal, pada abad pertengahan ada Kristen memaksa Yahudi memeluk Kristen dengan paksa…
        keberanian mengakui hal2 demikian tidak ada pada Anda…
        :
        :
        :
        fanya:

        Maaf Om, menurut fanya ini bukan bicara berani atau tidak berani tetapi adalah diskusi tentang mengungkap dan meluruskan kebenaran/fakta sejarah.
        Siapapun boleh saja berpendapat bhw motif perang Majapahit-Demak adalah Islamisasi Hindu, ……. apabila…. pendapat tsb didukung oleh bukti2 dan literatur sejarah yg valid dan kredibel.

        Namun kenyataannya, dari berbagai literatur yg secara akademik diakui Legitimate dan Credibility-nya, fanya temukan adanya fakta berdasarkan catatan2 kuno dalam negeri maupun literatur2 kuno di negara lain, bhw para sejarawan Indonesia dan sejarawan asing dgn tegas menyimpulkan bhw perang Majapahit-Demak murni urusan politik, bukan agama.

        (Tome Pires menulis dlm Suma Oriental bhw Raden Patah juga tidak mau memerangi umat Hindu dan Buddha sebagaimana wasiat Sunan Ampel, gurunya. Meskipun naskah babad dan serat memberitakan ia menyerang Majapahit, hal itu dilatarbelakangi persaingan politik memperebutkan kekuasaan pulau Jawa, bukan karena sentimen agama. Lagi pula, naskah babad dan serat juga memberitakan kalau pihak Majapahit lebih dulu menyerang Giri Kedaton, sekutu Demak di Gresik.)

        Om Par boleh saja berpendapat lain (seperti halnya Murtadiningrat » di Faith Freedom……..yg acuannya SERAT DARMOGANDUL yg identitas penulisnya tidak diketahui), sepanjang argumen dan fakta-fakta pendukungnya valid, pasti fanya, bahkan juga komunitas dunia pasti mengamininya.

        Jadi, jika Om Par memang punya fakta-fakta sejarah yg baru (novum) dan mampu membuktikan bhw motif perang Majapahit-Demak adalah pemaksaan agama, fanya akan dengan lapang dada menerima dan mengamini perang tsb sbg bermotifkan pemaksaan agama.

        Sebetulnya hanya itu kepentingan fanya, yakni mengembalikan segala sesuatu (dhi sejarah perang Majapahit-Demak) pada tempat dan tatanan yang seharusnya.

        Salam

      • parhobass September 2, 2010 / 4:57 pm

        @fanya

        Anda cukup bertanya pada diri ANda sendiri dan menjawabnya di dalam hati…
        jika damai, apa mungkin sampai ada rakyat yang lari jauh ke pedalaman…? (tidak perlu dokument sejarah, sebab Anda bisa menyaksikannya sekarang juga, yaitu TENGGER berada dipedalaman dan mereka beragama Hindu)

        kenapa tidak damai?
        orangnya tidak damai?
        atau
        agamanya memfalitisi ketidakdamaian?

        argument saya jelas, orangnya yang tidak damai…
        masalah agamanya, biarlah dilema yang saya sebut diatas juga sebagai pemikiran buat Anda

        salam
        Note:
        saya mau tanya, seberapa kuat Anda mengubah paradigma sekiranya ada dokument sejarah yang Anda ketahui ternyata perlu revisi?

      • fanya September 2, 2010 / 6:22 pm

        @Om Parhobass

        ika damai, apa mungkin sampai ada rakyat yang lari jauh ke pedalaman…? (tidak perlu dokument sejarah, sebab Anda bisa menyaksikannya sekarang juga, yaitu TENGGER berada dipedalaman dan mereka beragama Hindu)
        :
        :
        :
        ====
        fanya:

        Disini nampaknya awal kerancuan Om. Coba pikirkan dengan tenang dan akal sehat, setelah terjadi perang perebutan tahta (motif politik), mengapa yang kalah lari ?……… ya untuk menyelamatkan diri dari balas dendam bukan? ……. kalau motif awalnya adalah politik balas dendamnya pun tentu dalam ranah politik! alur berpikirnya koq jadi menyimpang dan ujug2 menyimpulkan lari dari pemaksaan agama???? ^_^ ga nyambung amat!! Terlebih lagi perangnya aja gara-gara diserang Majapahit duluan….?? Dan terlebih lagi hubungan Hindu-Budha-Islam di Majapahit sejak lebih dari 100 tahun y.l. berjalan akur2 saja????

        Betul di Jawa ada orang2 hindu yg disebut Suku Tengger, mereka konon adalah pemeluk agama Hindu yg lari dari Daha. Namun mungkin saja sejak sebelum jaman Majapahit sudah ada suku Tengger di sekitar kaki Gunung Bromo yang subur dan meyakini Bromo adalah gunung suci tempat tinggal para Pohaci (Dewa-Dewi); mungkin juga mereka adalah penduduk Daha yg takut pd pembalasan orang2 Demak setelah Demak memenangkan perang; mungkin mereka lari demi harta benda mereka agar tidak dirampas; mungkin mereka memisahkan diri karena ingin hidup dalam komunitas seiman…. dsb dsb; begitu banyak kemungkinan utk memahami keberadaan Suku Tengger, seperti begitu banyaknya kemungkinan utk memahami mengapa suku Batak eksis di Tanah Karo, tidak di Palembang, Sumbar atau di Jawa misalnya……

        Salam

      • fanya September 2, 2010 / 9:24 pm

        @Om Parhobass

        Berbicara tentang suku Tengger yang beragama Hindu, maka kita harus pula meneliti keberadaan Suku Baduy di Kanekes Banten, Suku Naga (Suku Kampung Naga)di Tasikmalaya, dan eksistensi berbagai aliran kepercayaan di Jawa, khususnya Kejawen di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Mengapa? karena semua itu merupakan bagian integral dari pergeseran sejarah bangsa Indonesia.

        Kejawen atau “Agami Jawi” adalah sebuah aliran kepercayaan yg sangat kental dengan nuansa sinkretisme yg kerap dipandang sebagai metoda paling efektif untuk mengakomodasi perbedaan, peralihan atau jembatan terhadap pertentangan antar aliran kepercayaan/agama dalam upaya sinkronisasi, analogi dan transformasi ciri-ciri tradisi dalam teologi dan mitologi agama.

        Banyak antropolog/sosiolog yg meyakini bahwa metode inilah yg diterapkan Wali Songo saat memperkenalkan Islam di Pulau Jawa dan Majapahit mulai paruh kedua tahun 1300-an, sehingga kehadiran Islam dalam komunitas Hindu-Budha diterima tanpa resistensi dan berkembang relatif mudah. Hal tsb terlihat dari keberadaan Wayang Kulit Purwa ciptaan Sunan Kalijaga. Sebelum Walisongo menggunakan wayang sebagai media mereka,sempat terjadi perdebatan diantara mereka mengenai adanya unsur-unsur yang bertentangan dengan aqidah,doktrin keesaan tuhan dalam Islam.Selanjutnya para Wali melakukan berbagai penyesuaian agar lebih sesuai dengan ajaran Islam. Bentuk wayangpun diubah yang awalnya berbentuk menyerupai manusia menjadi bentuk yang baru. Wajahnya miring, leher dibuat memanjang, lengan memanjang sampai kaki dan bahannya terbuat dari kulit kerbau.

        Disamping menggunakan wayang sebagai media dakwah, para wali juga melakukan dakwah melalui berbagai bentuk akulturasi budaya lainnya a.l. melalui penciptaan tembang-tembang keislaman berbahasa Jawa, gamelan, dan lakon2 islami. Sunan Kalijaga adalah salah satu Walisongo yang tekenal dengan metode berdakwah melalui budaya dan kesenian lokal. Ia menggunakan seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk sebagai sarana dakwah. Dialah pencipta baju takwa, perayaan sekatenan, grebeg maulud, layang kalimasada, lakon wayang Petruk Jadi Raja dll.

        Demikian pula dengan suku Baduy di Kanekes, kabupaten Lebak – Banten. Mereka hingga sekarang konsisten dgn kepercayaan yang mereka sebut “agama Buhun”. Menurut kepercayaan yang mereka anut, orang Kanekes adalah keturunan dari Batara Cikal, salah satu dari tujuh dewa atau batara yang diutus ke bumi. Asal usul tersebut sering pula dihubungkan dengan Nabi Adam sebagai nenek moyang pertamanya. Menurut kepercayaan mereka, Adam dan keturunannya, termasuk warga Kanekes, mempunyai tugas bertapa atau asketik (mandita) untuk menjaga harmoni dunia.

        Lain halnya dengan agama Djawa Sunda atau agama Sunda Wiwitan. Agama ini mengusung ajaran Islam dan tradisi pra-Islam masyarakat Sunda yang agraris, serta Cara dan Ciri (adat-istiadat) bernuansa Hindu bangsa Jawa-Sunda kuno.

        Keberadaan aliran2 kepercayaan yg tetap lestari hingga saat ini, oleh mayoritas peneliti dipandang sebagai bukti bahwa agama Islam ditransfer ke masyarakat Hindu-Budha secara gradual, humanis dan damai, tidak dengan cara-cara radikal/revolusioner, melalui rentang waktu yang relatif panjang di seantero tanah Jawa.

        Salam

      • lovepassword September 3, 2010 / 4:59 am

        Hmmm..menarik….Sinkretisme Jawa memang sungguh luar biasa, sampai ada cerita hubungan antara Raja Jawa dan para Nabi ^_^

        Motif Sinkretisme sendiri pada dasarnya mungkin banyak .

        – Bisa saja ini dilihat dari upaya adaptasi pendatang di lingkungan barunya supaya mudah diterima.
        -Bisa saja dipandang sebagai upaya orang Jawa sendiri dalam menyelesaikan perbedaan antar anak2nya antar kelompok yang ada, ada Hindu, Buddha, Islam, dsb
        – Bisa juga dipandang upaya Jawa atau elit Jawa agar bisa diterima oleh pendatang ( mungkin ada motif pribadi )
        – Bisa juga motif spesifik seperti misalnya Pencitraan . karena itu ada kisah hubungan Raja dengan misalnya Nyi Roro Kidul atau Nabi, dsb dsb….

      • parhobass September 3, 2010 / 7:39 am

        @fanya

        anggap saja saya gila kawan fanya, karena ajakan anda untuk berpikir sehat itu tentunya…
        cuman saya tertawa mendengarnya…

        saya akan giat mengulang pertanyaan kepada Anda…

        point utama adalah ternyata ada TENGGER yang kabur ke pedalaman…

        pertanyaan,
        kenapa kabur?

        jawaban pertama adalah karena telah terjadi pergantian penguasa di MAJAPAHIT…

        siapa yang mengganti?
        DEMAK

        ada apa dengan DEMAK?

        nah di sinilah point utamanya…
        DEMAK Anda akan setuju 100 persen adalah “KERAJAAN ISLAM”…

        dan Anda sesuai argument berkata ISLAM adalah DAMAI…

        tetapi timbul pertanyaan..
        JIKA ISLAM DAMAI, apa perlu TENGGER kabur ke pedalaman?

        jawaban Anda kan pasti ISLAM DAMAI,
        tetapi dari kenyataan TENGGER harus kabur apa solusinya?
        solusi terakhir adalah… NUANSA POLITIS…

        lalu timbul pertanyaan, kenapa POLITIS mampu mengalahkan ISLAM yang DAMAI?

        timbul pertanyaan, apakah PEMIMPINNYA yang tidak ISLAM atau pemimpin itu hanya menganut agama secara formalitas, demi mencari perbedaan saja dari pemimpin sebelumnya?
        atau pemimpin DEMAK telah tunduk kepada keinginan mayoritas untuk membasmi yang tidak sesuai denga keyakinan mereka?
        dilemanya ternyata tidak akan ada orang Islam Indonesia yang memprotes bahwa pemimpin DEMAK awal adalah soko-soko Islam nusantara…

        atau masih ada pilihan jawaban tersisa yaitu,
        apakah TENGGERnya sebenarnya orang-orang JAHAT?

        bagaimanapun akan selalu ada dilema, kalau Anda tidak mau jujur kepada kenyataan, bahwa dimanapun manusia baik beragama maupun yang mengaku beragama, pada perkara keinginan dagingnya tetap adalah sama…

        salam

  7. lovepassword September 1, 2010 / 11:22 am

    Yup Yup yang error2 ya memang bagusnya tidak diabaikan begitu saja, tetapi dipelajari dimengerti mengapa kok error, jadi bukannya dianggap tidak ada. Itu memang ada, tetapi jauh lebih elok jika dijadikan media instropeksi masing2 ketimbang dijadikan ajang serangan untuk pihak lain.

    Di A, ya namanya manusia pasti ada yang error , bahkan kita pun bisa error. B ya pasti bisa error. Labih baik jika masing2 sadar jika namanya manusia punya kemungkinan error masing2 ketimbang menyerang yang lain karena error2 pihak lain tersebut. Apalagi sampai menjebakkan diri sehingga cenderung tidak saja menemukan kesalahan orang lain, tetapi sengaja mencari2 kesalahan pihak-pihak lain…

    Teorinya gitu kan ya ?
    Prakteknya ? Kayaknya aku perlu spa dulu di gedung DPR..Hi Hi Hi …

    Biar fresh…^_^

    • parhobass September 1, 2010 / 12:10 pm

      @lovepassword

      kalau memelajari errornya, maka kita harus mengambil errornya sedemikian rupa…

      kalau mau memelajari benarnya, maka kita harus mengambil baiknya sedemkian rupa…

      jangan dicampur baur

      gimana?

      note:
      memelajari maksudnya sudah didalam mennganalisa, bla bla bla dan bla bla yang lainnya

  8. lovepassword September 2, 2010 / 6:37 pm

    Wah diskusi kalian benar-benar cool. Calon pemimpin bangsa semua ^_^

  9. fanya September 3, 2010 / 9:49 am

    @Om Parhobass

    Seperti yg fanya kemukakan sebelumnya, jika Om Par keukeuh mau mengaitkan eksistensi Suku Tengger dengan Perang Majapahit-Demak, maka mutlak dibutuhkan data valid dan akurat ttg riwayat keberadaan Suku Tengger di seputar gunung Bromo, terutama ttg sejarah dan time frame keberadaan mereka diseputar gunung yang disucikan umat Hindu tsb (Bromo atau Brahma, adalah Dewa Utama Hindu), a.l. :

    – Sejak kapan suku Tengger yg tersebar di wilayah Pasuruan, Lumajang, Probolinggo, dan Malang eksis disana? (ingat Kerajaan Medang atau Mataram Hindu dgn raja a.l. Dharmawangsa dan Kerajaan Kahuripan dgn raja Airlangga sdh berdiri di Jawa Timur abad ke-10-11 M yg cakupan wilayahnya meliputi domisili Suku Tengger dgn ibukota di Jombang dan Madiun, dilanjutkan thn 1009-1042 dgn ibukota di sekitar Sidoarjo). Sejak sebelum Era Majapahitkah?

    – Apakah mulai jaman Majapahit? (masa pemerintahan siapa?)

    – Atau setelah Majapahit jatuh ke tangan Demak kah?

    – Mengapa mereka berada di wilayah tersebut? Alasan ritualkah karena meyakini Gunung Bromo sebagai kediaman Dewa Brahma?

    – Alasan ekonomiskah karena tanah di kaki g Bromo sangat subur (tercermin dari ritual upacara Yadnya Kasada atau Kasodo sebagai tanda syukur kpd Sang Brahma?

    – Alasan Politiskah? misalanya sebagai pelarian dari Majapahit? Apa yg mereka takuti? Keselamatan jiwa terkait perangkah? Takut harus konversi ke Islamkah?

    Jawaban pasti atas pertanyaan2 tsb menjadi sangat penting utk mengetahui relevansi keberadaan Suku Tengger dengan Perang Majapahit-Demak.

    Maka dari itu, tak mengapa Om Par tetap bersikukuh dgn pendapat Om dan menolak hasil penelitian para pakar sejarah ttg penyebab keruntuhan Majapahit, asal Om dapat menunjukkan referensi yg kredibel dan akurat yg didukung oleh bukti2 peninggalan yg valid mengenai sejarah dan time-frame keberadaan suku Tengger di wilayah bekas kerajaan Hindu Mataram (Dharmawangsa) dan Kahuripan (Airlangga) tsb.

    Tanpa data yg jelas ttg hal tsb, sungguh ridiculous diskusi kita. Coba bayangkan bagaimana lucunya jika ternyata Suku Tengger telah ada disana sejak abad 10 M sebagai komunitas Hindu Kerajaan Medang (Dharmawangsa/Airlangga) untuk berbakti kepada Sang Dewa Brahma, yg sama sekali tidak ada keterkaitan apapun dgn Perang Majapahit-Demak. lucu dan konyol jadinya khan…..???

    Salam

    Catatan:
    Akal sehat = Daya pikir yg positif dan proporsional, tidak berat sebelah dan tidak didasari prejudice; kebalikan dari Akal Bulus hi hi hi…..

    • parhobass September 3, 2010 / 10:31 am

      @fanya

      baik, mari sama2 merenung

      satu lagi bahan pemikiran

      kenapa semua kerajaan HINDU/BUDHA dahulu selalu lari kepedalaman?
      katakanlah tidak lari kepedalaman, kenapa nyatanya selalu tersisa dipedalaman?

      dan kenapa kebanyakan pesisir pantai yang menjadi pusat2 agama baru di nusantara?

      salam…

      note:
      1. saya tidak bersekukuh kepada ANda perkara runtuhnya MAJAPAHIT oleh DEMAK, saya tekankan dari awal, cara persuasif pasti ada, tetapi ..nah tetapi kalau ANda megesampingkan faktor kekerasan yang terjadi itu namanya pengecut juga…

      2. yang saya kukuh di dalam argument adalah..
      Bahwa dimanapun manusia, baik yang beragama baik yang mengaku beragama, bicara nafsu badaniahnya, dimana saja sama…

      • fanya September 3, 2010 / 5:53 pm

        @Om Parhobass

        note:
        1. saya tidak bersekukuh kepada ANda perkara runtuhnya MAJAPAHIT oleh DEMAK, saya tekankan dari awal, cara persuasif pasti ada, tetapi ..nah tetapi kalau ANda megesampingkan faktor kekerasan yang terjadi itu namanya pengecut juga…

        2. yang saya kukuh di dalam argument adalah..
        Bahwa dimanapun manusia, baik yang beragama baik yang mengaku beragama, bicara nafsu badaniahnya, dimana saja sama…
        :
        :
        :
        1. Terimakasih.
        Memang sejarah adalah kenyataan di masa lalu yg suka maupun tidak, harus tetap utuh di dalam bingkainya dan mesti kita terima apa adanya. fanya sekedar mencoba merekonstruksi kembali sebuah episode kehidupan bangsa ini yg berhasil disimpulkan berdasarkan hasil penelitian sejumlah pakar sejarah yg sekian lama mendedikasikan ilmu, tenaga, pikiran, waktu dan hidupnya diantara keping2 artefak, naskah2 kuna dan legenda masa lalu yg semakin rancu.

        2. Setuju 1000 persen!!!

        Salam

  10. parhobass September 3, 2010 / 11:21 am

    @fanya

    Anda belum menjawab saya kira

    seberapa besar Anda berani mengubah paradigma jika dilandaskan dengan sumber/fakta/literatur sejarah?

    salam

  11. fanya September 3, 2010 / 11:44 am

    @Om Parhobass

    Mengapa fanya mengaitkan keberadaan suku Baduy, suku Kampung Naga, agama Buhun, agama Sunda Wiwitan dan Kejawen dalam membahas suku Tengger?

    Sama seperti pengakuan suku Tengger, menurut pengakuan warga Baduy dan Kampung Naga, dan tak sedikit orang meyakini, awal keberadaan suku Baduy dan suku Naga adalah pelarian pengikut Pajajaran Prabu Siliwangi yg kabur ke “pedalaman” guna menyelamatkan diri dari ancaman Islamisasi. Tapi apa benar begitu?? Apakah Islam menjadi ancaman buat mereka?

    Dari konten ajaran kepercayaan yg mereka anut dan lestarikan (agama Buhun, Sunda Wiwitan dmk pula Kejawen) ternyata nilai2 dan beberapa ritual agama Buhun, Sunda Wiwitan maupun Kejawen lebih merupakan perpaduan antara ritual Hindu/Budha dengan nilai2/ajaran Islam.

    Sehubungan dengan itu, keberadaan mereka justru lebih merepresentasikan komunitas pemeluk ajaran transisi Hindu-Islam awal yg dikembangkan para Wali tahap pendahulu, BUKAN sisa dari komunitas Hindu Pajajaran atau Galuh. Oleh karena itu, pendapat yg mengatakan bhw suku Baduy adalah sisa rakyat Pajajaran yg melarikan diri dari gerakan Islamisasi tanpa ditunjang oleh bukti2 otentik dan valid adalah sangat meragukan tidak masuk akal sehat !!

    Demikian pula dgn suku Tengger yg sepenuhnya menganut agama Hindu. Sangat patut diragukan jika dikatakan bhw mereka adalah pelarian sisa2 rakyat Majapahit akibat perang Majapahit-Demak padahal pada masa tsb Wali Sanga telah lebih dari 150 tahun berkiprah dan diterima warga Majapahit dengan ajaran “Islam transisi”nya.

    Dilihat dari topologi kepercayaan yg dianut suku Tengger sekarang, fanya lebih cenderung mengatakan bahwa suku Tengger justru telah eksis di sekitar Bromo jauh sebelum keberadaan Majapahit, yakni sejak Kerajaan Medang/Kahuripan yg memeluk ajaran Hindu dan Animisme di masanya, dan jelas2 mengembangkan kerajaannya di wilayah tsb!.

    Salam

    • parhobass September 3, 2010 / 1:10 pm

      @fanya

      tidak apa2 anda menghubung2kan itu semua,.. yang pasti masalah bahasan kan bertambah… sebab masalah keduanya sudah berbeda…

      segi kerakyatan Indonesia yang saya tekankan kepada Anda di awal adalah memang di situ letaknya, sebab meski mengaku agama baru (Islam, Kristen), nyatanya budaya HINDU/Budha itu masih mengakar… karena memang nusantara sudah beragama itu ratusan tahun sebelumnya…

      nah karena mengacu kerakyatan Indonesia itulah ada pertanyaan besar, kalau agama baru itu damai, atau orang2nya damai, maka tentu tidak akan ada sampai mengasingkan diri…. lari sana sini…atau katakankan tentu tidak akan ada daerah2 dengan kekhususan agama tertentu… nyatanya itu ada…

      itu terjawab jika memang manusia terkadang lepas dari agamanya sendiri, yang saya sebut sebagai manusia dimanapun bicara tentang kemauan duniawinya tidak ada perbedaan sama sekali…, dilema timbul karena orang cenderung menekankan agamanya…. seperti Anda dan teman yang lainnya…

      dan terkadang agama memfalitisasi kejahatan, disebut pembenaran sepihak…
      saya kira tidak banyak orang yang berani mengakui itu..

      salam

  12. Anonim Februari 7, 2014 / 2:48 am

    saya yang hindu,tak pernah peduli,yang lalu biarlah berlalu untuk apa diperdebatkan lagi.yang jelas islamisasi seringkali dengan umpan perempuan,dan karena penghianatan kenapa? karena dalam islam tidak ada yang namanya karmapala.tidak juga ada yang namanya ahimsa.tidak juga ada namanyatatwam asi. dan sampai kini selain muslim adalah kafir yang perlu dibasmi.persaudaraan bagi muslim hanya karenakeyakinan yang sama walau saudara kandung sanak famili atau sahabat adalah kafir jika tidak sepaham dan harus dilenyapkan

    • fanya cinthya Februari 23, 2014 / 6:38 pm

      @Anonymous

      dan sampai kini selain muslim adalah kafir yang perlu dibasmi.persaudaraan bagi muslim hanya karenakeyakinan yang sama walau saudara kandung sanak famili atau sahabat adalah kafir jika tidak sepaham dan harus dilenyapkan

      +++++++

      wuih, pernyataan ngawur yang sangat sembrono!
      berapa lama anda tinggal di Indonesia?
      kok sekarang masih hidup ya?
      bukankah mestinya anda sdh lenyap kalau pernyataan diatas anda benar?
      hati-hati hal kalo komen, bahkan di dunia maya sekalipun. Udah ada UU ITE loh. Apa yg ada katakan jelas merupakan FITNAH KEJI terhadap SEMUA KAUM MUSLIMIN.
      Hati-hati, biarpun anda “Anonymous”, masih bisa di lacak koq!

Tinggalkan komentar